Menu

Kamis, 22 Desember 2016

Ulama`-ulama` pada masa Bani Abbasiyah

                                         Ulama`-ulama` pada masa Bani Abbasiyah

                        Tokoh-tokoh ilmuwan muslim pada masa Dinasti Al-Ayyubiyah
                           Berikut ini adalah tokoh-tokoh ilmuwan muslim yang berperan penting dalam perkembangan ilmu                              pengetahuan pada masa Dinasti Al-Ayyubiyah,ilmuwan tersebut adalah :   
1.       As-Suhrawardi al-Maqtul          
        Nama lengkapnya Abu Al-Futuh Yahya bin Habash bin Amirak Shihab al-Din as-Suhrawardi al-Kurdi, lahir pada tahun 549 H/ 1153 M di Suhraward, sebuah kampung di kawasan Jibal, Iran Barat Laut dekat Zanjan. Ia memiliki banyak gelar  diantaranya, Shaikh al-Ishraq, Master of Illuminationist, al-Hakim, ash-Shahid, the Martyr, dan al-Maqtul.
        Suhrawardi melakukan banyak perjalanan untuk menuntut ilmu. Ia pergi ke Maragha, bdi kawasan Azerbaijan. Di kota ini, Suhrawardi belajar filsafat, hukum dan teologi kepada Majd Al-Din Al-Jili. Juga memperdalam filsafat kepada  Fakhr  al-Din al-Mardini. Selanjutnya ke Isfahan, Iran Tengah dan belajar logika kepada Zahir Al-Din Al-Qari. Juga mempelajari logika dari buku al-Basa’ir al-Nasiriyyah karya Umar ibn Sahlan Al-Sawi. Dari Isfahan dilanjutkan ke Anatolia Tenggara dan diterima dengan baik oleh pangeran Bani Saljuq. Setelah itu pengembaraan Suhrawardi berlanjut ke Persia, pusat lahirnya tokoh-tokoh sufi. Di sini Suhrawardi tertarik seorang sufi sekaligus filosof.

2.       Abdul Latif AL-Bagdadi, (ahli ilmu mantiq dan bayan)
                                Beliau lahir di Baghdad pada tahun 1162 M ,dan meninggal juga di   Baghdad dalam usia 69 tahun tepatnya pada tahun 1231 M. Ia terkenal seorang ahli anatomi, hasil karya Abdul Latif yang terkenal di Eropa adalah Account of Egypt Karya tersebut masih berupa manuskrip (tulisan tangan) diketemukan oleh Edward Pococke seorang orientalis, di perpustakaan Boldeian. Di dalamnya memuat deskripsi mengenai bencana kelaparan yang disebabkan Sungai Nil ketika sedang dilanda kering kerontang. Ini terjadi pada tahun 1200-1202 M.
                                Dari sejumlah karya tulisannya, sebagian besar mengenai ilmu kedokteran. Selama hidupnya, ia telah menulis karya-karya yang berjumlah tak kurang dari 116 buah. Bahkan, ia merupakan ahli anatomi pertama yang memberi deskripsi lengkap dan akurat tentang tengkorak kepala manusia dan tulang muka, termasuk tulang rahang bawah.
                                Ia juga mengembangkan studi tentang petualangan pada umumnya, teori   Galenus misalnya, mengenai tulang bawah dan tulang yang menghubungkan tulang punggung dan tulang kaki, berhasil ia sempurnakan selama berada di Mesir.
3.       Syamsudin Khallikan  (ahli sejarah)
       Nama lengkapnya adalah Syamsuddin Abdul Abbas Ahmad ibnu    Muhammad ibnu Ibrahim ibnu Abi Bakr ibnu Khallikan al Marmaki al Irbili.
Beliau seorang kelahiran Irbil, Irak, pada 22 September 1211 Masehi, sejak remaja ia memang telah jatuh cinta pada teks-teks yang memiliki kaitan dengan masa lalu, yaitu sejarah. Termasuk, buku-buku yang mengungkapkan petualangan para tokoh Muslim.
Saat menjabat sebagai seorang hakim, ia tetap memiliki waktu untuk menekuni bidang kajian yang digandrunginya itu. Melalui  tangannya, ia banyak menulis biografi tentang tokoh-tokoh Muslim yang telah mengukir prestasi gemilang di bidangnya. Selain melakukan penulisan sendiri, Ibnu Khallikan banyak menggali karya para sejarawan, seperti Ibnu Abd al-Hakam yang menulis penaklukan-penaklukan Islam di sejumlah wilayah. Ia pun  mengkaji karya Muhammad ibnu Ishaq, yang merupakan penulis pertama biografi Muhammad SAW. Bahkan, Khallikan melampaui pencapaian para pendahulunya. Ia tak mengekor meski banyak mengkaji karya-karya pendahulunya. Lebih jauh, ia memiliki jalurnya sendiri dan melahirkan karya yang sama sekali berbeda dengan bentuk karya cendekiawan Muslim sebelumnya.
4.       Ibnu Al- farid (seorang sufi terkenal)
Ibnu Al- Farid dia dilahirkan di kairo, tinggal selama beberapa waktu di Mekah dan meninggal di Kairo. Puisinya secara menyeluruh mengikuti aliran sufi, dan dia termasuk penyair Arab yang paling luar biasa. Puisinya dianggap oleh banyak orang sebagai puncak bahasa Arab, meskipun secara mengherankan dia tidak begitu dikenal di  dunia barat.
Dua karya agung Ibnu al-Farid adalah Ode Minuman Anggur (meditasi indah tentang minuman anggur), dan Puisi Jalan Sufi. Eksplorasi dalam pengalaman rohani sepanjang jalur Sufi dan barangkali yang paling panjang sepanjang sejarah puisi di bahasa Arab. Puisinya sudah mengilhami berbagai ulasan rohani sepanjang berabad-abad.
5.       Abu Abdullah Al-Quda’i, (seorang ahli fiqih, hadis dan sejarah)
                       Beliau merupakan salah satu ulama Al-Azhar pada masa Dinasti Ayyubiyah yang sangat produktif dalam menghasilkan karya tulis,berikut ini adalah hasil karya tulis karangan beliau : 
                       1)    Asy-Syihab ( berisi tentang perbintangan)
                       2)    Sanadus Sihah (menjelaskan tentang perawi hadits-hadits sahih)
                       3)    Manaqib Al-Imami Asy-Syafi’i (berisi tentang budi pekerti imam Syafi’i)
                       4)    Auba’ Al-Anbiya (berisi tentang cerita para Nabi)
                       5)    Uyun Al-Ma’arif (menjelaskan tentang mata air ilmu pengetahuan)
                       6)    Al-Mukhtar Fiz-Zikr Al-Khutat wa Al-Asar (buku yang berisi  tentang sejarah mesir)
6.       Bin al-Baytar
        Beliau  lahir di Malaga, abad ke-6 H. /12 M  dan   wafat di  Damaskus, 646 H./1248   M, dia  berprofesi  sebagi  dokter  hewan, ahli botani, farmakologi, dan  sarjana ilmu tumbuh-tumbuhan     
Hasil karya tulis beliau  antara lain :
1)       “Al-Mughni fil al-adwiya” al-Mufrodat (bahasan mandiri tentang ramuan-ramuan sederhana), yang menjelaskan beberapa contoh ramuan obat yang tepat untuk semua penyakit.
2)       “Al-jami’ li Mufrodat al-Adwiya’ wa al-Aghdhiya” (kumpulan obat-obatan  mudah). Buku ini memuat tidak  kurang dari 1400 contoh-contoh obat, dimana 300 macam  diantaranya adalah penemuannya sendiri.  Secara umum ramuan tersebut berasal dari binatang-binatang, tumbuh-tumbuhan dan mineral-mineral.
3)       ”Mizan at-Tabib”
4)       “Risalah fi al-Aghdhiya’ wa al-Adwiya’”
5)       “Makalah fi al-Limun”
6)       ”Al-Adwiyat al-Basyithah”(ramuan-ramuan sederhana), dicetak dalam bahasa  latin dengan judul “Simplicia”.
7.       Ibnu Abi Ushaybi’ah
                                          Ibnu Abi Ushaybi`ah lahir di damaskus pada tahun 590 H /1194   M dan   meninggal pada tahun 668 H/ 270 M ditempat kelahirannya juga yaitu Damaskus, dan dia terkenal seorang ahli kedokteran muslim.
                                         Pada mulanya ia belajar di bawah bimbingan beberapa orang guru pada waktu itu, terutama Ibnu al-Baytar, yang memberinya pelajaran botani. Sedangkan  kedokteran dipelajarinya bersama dan sekaligus dibawah bimbingan ayahnya sendiri(seorang dokter mata) dan ar-Rahbi.
                                     Ilmu yang ia peroleh kemudian dipraktekkan di Rumah Sakit Nuri di Damaskus dan di Rumah Sakit Nasiri di Kairo. Kemudian ia bekerja pada dinas perintahan Izzudi Aybak al-Mu’azzami di Sarkhad, Damaskus.
                                  Hasil  karyanya antara lain :
1)       “Uyun al-Anba’ fi Tabakat al-Atibba”. Merupakan kumpulan dari  tidak  kurang 380 biografi ahli ilmu kedokteran yang tak terkira nilainya bagi sejarah sains Arab.
2)       “Isabat al-Munajjimin”
3)       “At-Tajarib wa al-Fawaid”
4)       “Hikayat al-Atiba’ fi Ilajat al-Adwa”
5)       “Ma’alim al-Umam”
8.    Daud al-Intaki
                           Tempat  tanggal lahir Antioch, Syiria dan wafat di Mekkah 1599   M, beliau ahli dalam bidang kedokteran. Dan hasil karyanya yang terkenal adalah sebagai berikut :
1)    Tadhkirat Ulil al-Bab wal-Jami`lil ajab al-Ujab, yang merupakan buku   pegangan kedokteran lengkap dengan kupasan yang mendalam.
2)    Memoria, yang berisikan ramuan obat-obatan yang digunakan di berbagai apotek di Eropa.
3)    Risalah fil Ta`ir wal-Ukab, yang berisikan kecaman pedas terhadap para filosof.
4)    Unmudhaj fi`ilm al-Falak, berisikan penggunaan astrologi dalam kedokteran.
9.       Muhammad Al-Damiri
                         Muhammad Al- Damiri adalah seorang ahli Zoologi (Ahli Ilmu   Hewan),hasil karya  tulisnya adalah “Hayat al-Hayawan” (The Life Animals), yang berisikan tentang ilmu hewan Islam. Buku ini lama sekali dipakai oleh sekolah-sekolah di berbagai negeri di Timur.
10.    Ibn Al-Adhim (588-660 H/ 1192- 1262 M)
        Nama lengkapnya, Kamaluddin Abu al Qosim Umar bin Ahmad bin Haibatullah bin Abi Jaradah Al Aqil, berasal dari bani Jaradah yang bermigrasi dari Bashrah ke Allepo karena wabah penyakit.  Al-Adhim lahir di Allepo, ayahnya menjadi Qadhi Madzhab Hanafi di kota itu. Sejak tahun 616 H/ 1219 M,  mulai mengajar di Allepo, setelah mendalami berbagai pengetahuan di Allepo, Baitul Maqdis, Damaskus, Hijaz dan Irak.
                                Kemudian menjadi Qadhi di Allepo pada zaman Amir Al- Aziz dan Al-Nashir dari dinasti Ayubiyah di Allepo, dan menjadi dubes kedua penguasa ini di Baghdad dan Kairo.
                Karya-karya Al-Adhim diantaranya,  Zubdah al hallab min tarikh Hallaba, Bughyah at Thalib fi Tharikh Halaba, tentang sejarah Allepo / Halaba yang disusun secara alfabetik  terdiri dari 40 juz atau 10 jilid.
                Al-Adhim, melarikan diri ke Kairo hingga wafat, ketika tentara Mongol menguasai halaba/ Allepo pada tahun 658 H / 1160 M.
11.    Al-Bushiri
        Nama lengkapnya  Sarafuddin Abu Abdillah Muhammad bin Abdullah as Shanhaji al Bushiri,  lahir pada tahun 1212 M di Maroko. Al-Bushiri seorang sufi besar, pengikut Thariqat Syadziliyah, dan menjadi salah satu murid Sulthonul Auliya Syeikh Abul Hasan Asy-Syadzily, r.a.   Gurunya yang lain beberapa ulama tasawuf seperti Abu Hayyan, Abu Fath bin Ya’mari dan Al ‘Iz bin Jama’ah al Kanani Al Hamawi.
        Sejak masa kanak-kanak, dididik olek ayahnya sendiri dalam mempelajati Al-Qur’an untuk memperdalam ilmu agama dan kesusastraan Arab.
        Al-Bushiri dikenal sebagai orang yang wara’ (takut dosa). Pernah suatu ketika ia akan diangkat menjadi pegawai pemerintahan kerajaan Mesir, akan tetapi melihat perilaku pegawai kerajaan membuatnya menolak.     
12.    dullah Muhammad Al-Idrisi
                Seorang  ahli geografi dan juga ahli botani yang mencatat penelitiannya dalam buku Kitab Al-Jami’ li Asytat an-Nabat (Kitab kumpulan dan Tanaman).
                13.  Ad-Dawudi
                Seorang  ahli botani,  pengarang kitab Nuzhah an-Nufus wa al- Afkar Ma’rifah wa al-Ahjar wa al-Asyjar (kitab komprehensif tentang Identifikasi Tanaman, Bebatuan, dan Pepohonan).
                14.  Syeikh Abu al-Qosim al-Manfaluti (Seorang ahli fiqih)
15.  Al Hufi, ahli bahasa,
 16. Abu Abdullah Muhammad bin Barakat (Seorang ahli Nahwu dan ahli tafsir)                                                   
               Pertemuan kedua
Peran Para tokoh ilmuwan muslim pada masa Dinasti Al-Ayyubiyah
         Dengan adanya para ilmuwan muslim  membawa peran yang sangat banyak sekali dalam perkembangan kemajuan kebudayaan islam di masa Dinasti Al-Ayyubiyah,diantaranya adalah sebagai berikut :
1.       Memberi pemahaman  tentang paham sunni yang menjadi madhzab resminya.
2.        Mengajarkan berbagai macam ilmu yang berkaitan dengan bahasa  seperti:
                       a. ilmu Nahwu ( tata bahasa Arab)
        b. Balaghah
        c. Mantiq (logika)
        d. Sastra.
3.  Mengajarkan berbagai macam ilmu –ilmu agama,seperti :
        a. Tauhid
        b. Fiqih
        c. Hadits
        d. Tasawuf
               4. Mengajarkan berbagai macam ilmu umum,seperti:
                       a. Kedokteran
                       b. Matematika
                       d. Sejarah
                       e. Pertanian
            5. Mendirikan berbagai macam fakultas,yang disesuaiakan dengan nama     ilmunya,diantaranya :
                       a. Fakultas Syariah
                       b. Fakultas Ushuluddin
                       c. Fakultas Bahasa
            6. Mewariskan berbagai macam karya tulis yang sangat banyak  kepada generasi-generasi sesudahnya.
           Memang dapat kita lihat dari perkembangan dan kemajuan yang terjadi pada masa pemerintahan Dinasti Al-Ayyubiyah tidak sepesat dan semaju perkembangan yang terjadi pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Sebab masa-masa pemerintahan Dinasti Al-Ayyubiyah merupakan piriode sulit yaitu tengah terjadi perang salib yang banyak menghabiskan energi umat islam sehingga tidak terjadi perkembangan ilmu pengetahuan dan peradapan islam yang cukup besar.

         Meskipun begitu,pada masa-masa jeda peperangan,biasanya para ulama dan penguasa melaksanakan perbaikan dan pengembangan peradapan Islam, sehingga masih dapat ditemukan sisa-sisa kemajuan peradapan islam yang ada pada masa pemerintahan Dinasti  Al-Ayyubiyah.  

4 komentar: