Penguasa Dinasti Al-Ayyubiyah
Penguasa-penguasa Dinasti
Al-Ayyubiyah
Berikut ini adalah nama-nama para penguasa Dinasti al-Ayyubiyah yang
perlu kita ketahui :
1. Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi (
1171-1193 M )
2. Malik Al-Aziz Imaduddin (
1193-1198 M )
3. Malik Al-Mansur Nasiruddin ( 1198-1200 M )
4. Malik Al -Adil Saifuddin, pemerintahan I ( 1200-1218 M )
5. Malik Al -Kamil Muhammad
( 1218-1238 M )
6. Malil Al -Adil Saifuddin, pemerintahan
II ( 1238-1240 M )
7. Malik As-Saleh Najmuddin (
1240-1249 M )
8. Malik Al-Mu’azzam Turansyah ( 1249-1250 M )
9. Malik Al-Asyraf Muzaffaruddin ( 1250-1252 M )
Dari kesembilan penguasa
tersebut ada tiga penguasa yang menonjol ,yaitu :
1. Salahuddin
Yusuf Al-Ayyubi ( 1171-1193
M )
2. Malik Al - Adil Saifuddin, pemerintahan I ( 1200-1218 M )
3. Malik Al -Kamil Muhammad ( 1218-1238 M )
Meneladani Keperwiraan
Salahuddin Yusuf Al-Ayubi
Salahuddin
Al Ayyubi lahir pada tahun 532 H/1138 M di Tikrit, Tigris, sebuah kota
yang terletak antara Baghdad dan Mosul. Adapun nama lengkapnya adalah Abdul
Muzaifar Yusuf bin Najmuddin bin Ayyub. Nama pendeknya
Salahuddin Al Ayyubi. Bangsa-bangsa Barat ( Tentara Salib ) mengenalnya dengan
nama Saladin. Salahuddin Al Ayyubi terkenal di seluruh dunia, berkat
kepemimpinannya dalam Perang Salib, di mana ia menjadi Panglima Perang Islam yang sangat disegani. Ayahnya bernama Najmuddin
Ayyub, seorang penguasa Benteng Tikrit yang berasal dari Suku Kurdi Azerbaijan. Pendidikan pertama
diterimanya dari ayahnya sendiri dan
juga dari pamannya Asaduddin Syirkuh.Ia menjalani karier politiknya sebagai seorang tentara di bawah pemerintahan
Nuruddin Zanki di Mesir
Sikap dan kepribadian
Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi yang sangat
bijaksana ini membuat masyarakat Kristen di Negeri-negeri lain ingin sekali
tinggal di wilayah kekuasaan sultan ini, keinginan mereka semakin kuat ketika
sejumlah warga Kristen yang meninggalkan Yarussalem menuju Antiokiah di tolak,
bahkan di caci maki oleh Raja Bahemorid. Mereka lalu menuju ke negeri Arab dimana
kedatangan mereka di sambut dengan baik. Perlakuan baik pasukan Muslim terhadap
pasukan Kristen ini sungguh tidak ada bandingannya dalam catatan sejarah
masyarakat agama sepanjang sejarah dunia. Padahal sebelumnya pasukan Salib
Kristen sudah berbuat kejam, menyiksa, menyakiti bahkan membunuh umat Islam.
Jatuhnya Yerussalem ke tangan Salahuddin
Yusuf Al-Ayyubi menimbulkan keprihatinan
besar di kalangan tokoh-tokoh Kristen. Seluruh penguasa negeri-negeri Kristen
di Eropa berusaha melancarkan serangan dengan mengerahkan pasukan Salib
kembali. Untuk itu ribuan pasukan Kristen pergi menuju Tyre untuk berjuang
mengembalikan prestise kekuatan tentara salib yang telah hilang dari diri
mereka. Para pendeta dan pastur gereja menyerukan kepada seluruh umat Kristen
berjuang merebut kekuasaan mereka yang telah berpindah tangan ke tangan pasukan
muslim di bawah pimpinan Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi. Seruan ini tidak hanya di
sambut oleh masyarakat Kristen, juga para penguasa di Eropa. Kaisar jerman
bernama Frederick Barbarosa, Philip August kaisar Perancis, kaisar Inggris
bernama Richard dan para pembesar dari bangsawan Inggris membentuk pasukan
Salib. Setelah pasukan gabungan dari berbagai kerajaan di Eropa di tambah
dengan perempuan-perempuan Kristen yang turut berjuang berkumpul di Tyre,
mereka bergerak menuju Acre, dan mengepung kota ini selama kurang lebih dua
tahun.
Setelah pasukan Salib berhasil menguasai
kota Arce, Tentara salib di bawah pimpinan Richard bergerak menuju kota
Ascalan. Namun sebelum pasukan Richard sampai, kota ini telah di kuasai oleh
pasukan Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi terlebih dahulu, sehingga ketika pasukan
tiba di sana, Richard merasa kewalahan dan kemudian melakukan negosiasi damai.
Negosiasi itu cukup alot meskipun pada akhirnya tawaran Richard di terima
Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi. Disini terjadi lagi
perjanjian damai antara kedua pasukan. Isinya antara lain,
a. Pasukan Muslim dan Kristen
tidak saling menyerang wilayah kekuasaan masing-masing.
b. Masyarakat di wilayah kedua belah pihak bisa keluar masuk tanpa
ada ganguan apa pun.
Setelah
perjanjian perdamaian dilakukan maka Richard pergi meninggalkan Yerussalem,
sementara Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi masih tetap tinggal untuk beberapa lama
lagi di kota tersebut. Kemudian beliau pergi menuju Damaskus untuk menghabiskan
sisa masa hidupnya. Perjalanan dan perjuangan yang melelahkan menghabiskan
energi dan pikiran Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi, sehingga pada tahun 1193 M,
beliau meninggal dunia. Setelah kematiannya kekuatan Islam mengalami kelemahan,
karena tidak menemukan pemimpin militer seperti Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi.
Selain
sebagai seorang jendral dan sultan, ia juga sebagai pemimpin Kharismatik teguh
pendirian, sabar dan pemaaf. Hal ini dapat diketahui dari sikapnya yang tidak
mau membalas dendam terhadap pasukan salib yang telah membunuh masyarakat
muslim secara masal di Yerussalem, bahkan mau memaafkan mereka. Toleransinya
yang sangat tinggi tidak hanya diakui oleh masyarakat muslim ketika itu, juga
oleh masyarakat Kristen yang telah menyakiti dirinya. Kebesaran jiwa inilah
yang patut diteladani dalm
kehidupan kita.
Dari
keterangan diatas maka dapat disimpulkan tentang kepribadian dan
keperwiraan Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi Al Ayyubi , yaitu :
a.
Ia memiliki jiwa pemurah dan penyayang terhadap
pihak yang lemah.
b. Ia seorang perwira yang pemberani, adil ,tegas, serta
memiliki jiwa ksatria.
c.
Ia perwira sejati yang
mencurahkan segala daya upayanya semata-mata demi kejayaan agama Alloh SWT dan
Negara.
d. Ia pemimpin yang
cinta terhadap ilmu pengetahuan dan ilmu keagamaan.
e.
Ia dikenal memiliki sifat toleransi yang tinggi terhadap umat agama lain.
Maka ibrah / pelajaran yang
dapat diambil dari mempelajari sejarah dan
biografi Salahuddin Yusuf Al Ayyubi untuk diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari, diantaranya
adalah :
1.
Tegas
dan bijaksana dalam setiap melaksanakan tugas
2.
Kita
harus memiliki sifat As-Saja`ah (pemberani),terlebih dalam menegakkan kebenaran
3.
Kita
harus memiliki jiwa pemurah dan penyanyang terhadap siapa saja, terutama kepada orang-orang yang lemah
4.
Kita
harus bersikap tegas terhadap segala bentuk kemaksiatan dan kemungkaran
5.
Kita
harus mencintai ilmu,baik ilmu pengetahuan agama maupun umum dengan cara
belajar dengan sungguh-sungguh dan tekun
6.
Kita
harus memiliki sikap toleransi terhadap siapa saja,selama dalam batas-batas
yang diperbolehkan agama
Kita harus bersikap adil terhadap siapa saja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar