Menu

Jumat, 23 Desember 2016

TENTANG SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

                    TENTANG SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

A.                              Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam
1.      Sejarah Kebudayaan Islam sebagai Peristiwa
Sejarah bagaikan akar yang memperkuat menumbuhkan batang yang besar, kokoh, dan tinggi yang dibarengi dengan pertumbuhan dahan, ranting, daun, bunga, dan buah yang bermanfaat bagi manusia. Sejarah merupakan sumber cerita yang harus dikenang, dalam hal ini sejarah identik dengan history, yaitu kajian yang membahas peristiwa masa lalu terutama laporan tertulis mengenai kegiatan manusia sepanjang waktu.
Sejarah tetap bersifat faktual sebab sifat ini yang membedakannya dengan dongeng atau gosip. fakta sejarah lebih bersifat konstruktif, sesuatu yang dikumpulkan, dipilih, dan dibangun oleh seseorang atau kelompok yang mempunyai perspektif atau cara pandang yang berbeda-beda. Sebagai sebuah peristiwa berharga, sejarah memiliki beberapa komponen dasar. Komponen-komponen itu meliputi:
a.       Kejadian : Sejarah merupakan kejadian-kejadian penting yang pernah ada.
b.      Manusia :Sejarah tidak bisa dipisahkan dari manusia baik sebagai individu atau kelompok. Mereka adalah aktor sekaligus ikon kejadian-kejadian penting tersebut.
c.       Latar belakang : bisa dikatakan sebagai tanggal, waktu, sebab dan akibatnya. Pada gilirannya, pola sebab dan akibat inilah ditarik hukum-hukum sejarah.
d.      Sarat makna : Masa kini bisa dipahami dari peristiwa masa lampau bahkan masa yang akan datang bisa diprediksi dengan bekal kemampuan mengetahui hukum sejarah masa lampau. Jadi, sejarah bukanlah sekedar cerita besar masa lampau yang tanpa punya arti untuk masa kini dan mendatang.
2.      Sejarah Kebudayaan Islam sebagai Disiplin Ilmu
Sebagai sebuah disiplin ilmu yang mandiri, sejarah menuntut ketekunan dan keahlian orang yang mempelajari dan mengembangkannya. makna dari peristiwa bersejarah tersebut untuk diperbaikan sejarah masa kini dan mendatang.
Ada beberapa karakteristik yang sekaligus menjadi komponen utama sejarah sebagai sebuah disiplin itu:
a.       Memiliki obyek material : Obyek material sejarah adalah pengetahuan atau informasi faktual mengenai peristiwa dan kejadian penting dalam kurun waktu tertentu. Subyek adalah manusia yang mengetahui dan mengalami suatu peristiwa,  obyek sejarah adalah peristiwa tersebut, hubungan antara pelaku dan peristiwa juga menjadi materi dasar sejarah sebagai ilmu. Oleh karena sejarah mempelajari pengalaman dan peristiwa nyata, maka disiplin ini tergolong ke dalam ilmu empiris.
b.      Memiliki obyek formal : metode yang dipakai untuk menemukan, menggali, dan menemukan data dengan teknik observasi, klasifikasi, dokumentasi sebelum usaha interpretasi dan rekonstruksi masa lampau dilakukan.
c.       Sistematis : Uraian sistematis akan menunjukkan hubungan antara satu fakta dengan fakta lain yang bersifat kausalitas (hubungan sebab-akibat), karena sejarah merupakan suatu proses.
d.      Teoritis : Teori digunakan untuk mempertajam daya analisis, sehingga diperoleh kejelasan mengenai berbagai hal, termasuk makna peristiwa.
e.       Filosofis : Filsafat adalah landasan berpikir untuk menegaskan kebenaran ilmu Implikasinya adalah laporan itu bisa dikajiulang dan maknanya pun bisa berkembang sesuai dengan konteks penulis dan pembacanya.
3.      Penulis Sejarah Kebudayaan Islam
Inti utama sejarah adalah perubahan sistem sosial dalam perspektif waktu. Kronologi penulisan sejarah kebudayaan Islam yang ada masih lebih banyak berbasis pada cerita mengenai pergantian kekuasaan dan pemerintahan.
Bentuk kronologis penulisan sejarah kebudayaan Islam diawali dari
pra Islam Arab di Jazirah Arabia=>kelahiran Nabi Muhammad=>dakwah
beliau di Mekkah=>peristiwa Hijrah ke Madinah=>Khalifah al Rasyidin=>Bani Umayyah=>Masa Abbasiyyah dsb.
Untuk kasus kebudayaan Islam Indonesia, titik mangsanya diawali dengan penyebaran agama Islam lewat saudagar-saudagar India dan Arab yang masuk melalui Aceh. Di pulau Jawa, penulisan sejarah itu diawali dengan usaha-usaha dakwah yang dilakukan oleh sejumlah ulama yang dikenal dengan nama Wali Songo. Selain itu juga ada penulisan dengan berdasarkan tema-tema tertentu seperti filsafat, teologi, seni, dan ilmu pengetahuan.
4.      Fungsi dan Manfaat Sejarah : Prinsip hidup dalam Islam bahwa hari ini harus lebih baik dari hari kemarin.
5.      Fungsi Sejarah
a.       Pelajaran: Sejarah adalah pelajaran yang terbaik, karena ia menyediakan referensi yang berharga kepada seseorang untuk mengambil keputusan tanpa harus mengalaminya. Terutama sejarah awal peradaban Islam, pada masa Nabi SAW.
b.      Sejarah bisa dijadikan model untuk menentukan sikap dan membangun masa kini dan mendatang.
c.       Rekreasi
6.      Manfaat Sejarah
a.       Menumbuhkan kesadaran komunitas Melalui sejarah : seseorang bisa merasakan bahwa dirinya adalah termasuk bagian dari masyarakat saat ini dan sebelumnya.
b.      Membangkitkan inspirasi
c.       Membiasakan berfikir konseptual: meskipun sejarah penuh dengan nilai dan konsep-konsep sulit, sejarah selalu menghadirkan referensi kejadian historisnya yang melibatkan dimensi ruang dan waktu.
d.      Mendorong berpikir kritis
e.       Meningkatkan penghargaan atas jasa masyarakat yang sebelumnya : Sejarah bisa mengingatkan seseorang bahwa kehidupan sekarang tidak bisa dinikmati tanpa perjuangan orang-orang sebelumnya.
B.     Implikasi Hakikat Sejarah pada Pembelajaran SKI
1.      Implikasi Terhadap Bahan Ajar
Bahan atau materi sejarah yang dipelajari siswa dari pembelajaran sejarah hendaknya menguraikan suatu peristiwa sejarah tidak saja mengungkapkan pengetahuan tentang apa, siapa, dan di mana, tetapi lebih ditujukan mengetahui mengapa dan bagaimana peristiwa itu terjadi, alasan-alasan apa yang mendasari suatu peristiwa.
Bahan-bahan  sejarah yang bisa dikembangkan selain buku-buku teks yang dianggap konvensial adalah:
a.       Narasi
b.      Gambar dan peta
c.       Dokumen dan benda sejarah
d.      Tempat bersejarah
2.      Implikasi Terhadap Proses Pembelajaran
Kemampuan siswa dalam bidang ajar berpikir sejarah/historis yang meliputi penguasaan terhadap materi, cara kerja sejarah, kemampuan untuk mengambil pelajaran darinya, dan mempraktekkannya dalam kehidupan keseharian mereka itu yang dijadikan sebagai tolak ukur menilai kemampuannya.
Setiap mata pelajaran mempunyai karakteristik yang khas. Karakteristik ini dipengaruhi oleh hakikat materi yang akan diajarkan. Demikian juga halnya dengan mata pelajaran sejarah. Adapun karakteristik mata pelajaran sejarah adalah sebagai berikut:
1.      Sejarah terkait dengan masa lalu
2.      Sejarah bersifat kronologis :dalam mengorganisasikan materi ajar haruslah didasarkan pada urutan kronologis peristiwa sejarah.
3.      Ada 3 unsur yang penting dalam sejarah yaitu manusia, ruang, dan waktu
4.      Perspektif waktu merupakan dimensi penting dalam sejarah
5.      Dalam sejarah ada prinsip sebab akibat
6.      Sejarah pada hakikatnya adalah dinamis
Berdasarkan karakteristik mata pelajaran sejarah secara umum dan sejarah kebudayaan Islam secara khusus, tujuan pembelajaran sejarah bisa dibedakan menjadi tiga:
1.      Siswa mampu memahami SKI : Memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang peristiwa sejarah dalam dunia Islam, kemampuan berpikir secara kritis yang dapat digunakan untuk menguji dan memanfaatkan pengetahuan sejarah.
2.      Siswa memiliki wawasan sejarah : Memiliki kemampuan belajar dan mengambil ibrah dari masa lalu untuk memahami kehidupan masa kini dan mengupayakan perubahan lebih baik untuk masa depan.
3.      Siswa memiliki kesadaran sejarah : Mengambil ketauladanan dari para tokoh atau aktor sejarah dan masyarakat untuk melakukan perubahan yang lebih baik.

Kamis, 22 Desember 2016

Video Ayyubiyah


Video runtuhnya Abbasiyah


Berdirinya Abbasiyah


Runtuhnya Bani Umayah


Sejarah Berdirinya Ayyubiyah

                                                        Sejarah Berdirinya Ayyubiyah

     Sejarah Berdirinya Dinasti Al–Ayyubiyah Dinasti Al -Ayyubiyah merupakan    keturunan Ayyub    dari suku   Kurdi yang  berasal dari Azerbaijan yaitu di kota Tikrit dekat sungai Tigris pada  tahun 1137 M.  Pada waktu Dinasti Abbasiyah masih berkuasa,  Dinasti Al- Ayyubiyah ini masih berupa penguasa provinsi yang mengakui kekuasaan Dinasti Abbasiyah    dengan membayar upeti setiap tahunnya.  Pendiri Dinasti Al- Ayyubiyah adalah Salahudin Al- Ayyubi putra dari Najmudin bin Ayyub.
Jatuhnya kota suci Baitul Maqdis ke tangan kaum salib telah membuat para pemimpin Islam terkejut. Kemudian para pemimpin bersepakat untuk merebut kembali kota tersebut. Diantara pemimpin yang paling gigih dalam usaha menghalau tentara salib adalah Imamuddin Zanki dan diteruskan oleh anaknya Nuruddin Zanki dan dibantu oleh panglima Asaduddin Syirkuh.
Atas keberhasilan Asaduddin  dan Salahuddin ini  kemudian khalifah Al-Adid melantik panglima Asaduddin Syirkuh menjadi wazir besar menggantikan Shawar. Asaduddin Syirkuh tidak lama memegang jabatannya hanya sekitar dua bulan beliau meninggal dunia yaitu  pada tahun 565 H/1169 M.  Khalifah Al-Adid akhirnya mengangkat Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi menjadi Perdana Menteri menggantikan pamannya Asaduddin Syirkuh dalam usia 32 tahun. Sebagai perdana menteri Beliau mendapat gelar Al- Malik An- Nasir artinya penguasa yang bijaksana.
                Setelah Khalifah Al-Adid meninggal dunia maka berakhirlah Dinasti Fatimiyah yang di kuasai oleh   kaum syiah selama 270 tahun  dan Salahuddin berkuasa penuh untuk menjalankan peran keagamaan dan politiknya di Mesir . Maka sejak saat itulah Dinasti Ayyubiyah mulai  berkuasa hingga sekitar 75 tahun lamanya

        Tokoh-Tokoh Yang Berperan Dalam Pendirian Dinasti Al Ayyubiyah
    Di bawah ini adalah tokoh-tokoh yang berperan dalam pendirian Dinasti Al- Ayyubiyah,
        1.     Salahudin Al Ayyubi :  Berperan sebagai pendiri Dinasti Ayyubiyah
    2.     Nuruddin Zanki : Gubernur Suriah yang memberi tugas pada   Salahuddin   dan pamannya untuk membantu Dinasti Fatimiyah di Mesir  dalam perang Salib melawan Amauri.
    3.     Asaduddin Syirkuh  :  Paman Salahuddin yang mengabdi pada  Nuruddin Zanki.
       4.      Najmudin bin Ayyub :  Ayah Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi
       5.      Ayyub bin Syadzi  :  Kakek Salahuddin yang menjadi nisbah /   pengambilan      nama Dinasti Ayyubiyah
                   6.   Al Adid  :  Khalifah Dinasti Fatimiyah terakhir di Mesir yang meminta   Salahuddin untuk     membantunya     mengusir Pasukan Salib dari Mesir  
             Berakhirnya Dinasti Al-Ayyubiyah
        Awal keruntuhan  Dinasti AL- Ayyubiyah di Mesir dimulai ketika   pemerintahan di pegang oleh     Sultan As-Salih,pada masa As-salih jalannya  pemerintahan dikendalikan oleh tentara dari kaum budak di Mesir (kaum Mamluk). Setelah As-Salih meninggal pada tahun 1249 M, kaum Mamluk mengangkat istri As-Salih yang bernama Syajarat Ad- Durr sebagai Sultanah.Pada tahun 1260 M, tentara Mongol hendak menyerbu Mesir. Komando tentara Islam di Mesir ketika itu dipegang oleh Qutuz (panglima perang Mamluk). Dalam pertempuran di Ain Jalut, Qutuz berhasil mengalahkan tentara mongol dengan gemilang. akhirnya,kekhalifahan islam di Mesir dilanjutkan oleh Dinasti Mamluk (kaum budak di Mesir).
                Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan rangkaian peristiwa menjelang runtuhnya Dinasti Al- Ayyubiyah di  Mesir ,adalah sebagai berikut :
       1.     Meninggalnya Sultan As-Salih ( penguasa terakhir Dinasti Al-Ayyubiyah)
        2.     Kendali pemerintahan dipegang oleh kaum Mamluk
        3.     Diangkatnya istri As-Salih sebagai Sultanah

        4.     Kemenangan Panglima Qutuz (Dinasti Mamluk) atas tentara Mongol

Ulama`-ulama` pada masa Bani Abbasiyah

                                         Ulama`-ulama` pada masa Bani Abbasiyah

                        Tokoh-tokoh ilmuwan muslim pada masa Dinasti Al-Ayyubiyah
                           Berikut ini adalah tokoh-tokoh ilmuwan muslim yang berperan penting dalam perkembangan ilmu                              pengetahuan pada masa Dinasti Al-Ayyubiyah,ilmuwan tersebut adalah :   
1.       As-Suhrawardi al-Maqtul          
        Nama lengkapnya Abu Al-Futuh Yahya bin Habash bin Amirak Shihab al-Din as-Suhrawardi al-Kurdi, lahir pada tahun 549 H/ 1153 M di Suhraward, sebuah kampung di kawasan Jibal, Iran Barat Laut dekat Zanjan. Ia memiliki banyak gelar  diantaranya, Shaikh al-Ishraq, Master of Illuminationist, al-Hakim, ash-Shahid, the Martyr, dan al-Maqtul.
        Suhrawardi melakukan banyak perjalanan untuk menuntut ilmu. Ia pergi ke Maragha, bdi kawasan Azerbaijan. Di kota ini, Suhrawardi belajar filsafat, hukum dan teologi kepada Majd Al-Din Al-Jili. Juga memperdalam filsafat kepada  Fakhr  al-Din al-Mardini. Selanjutnya ke Isfahan, Iran Tengah dan belajar logika kepada Zahir Al-Din Al-Qari. Juga mempelajari logika dari buku al-Basa’ir al-Nasiriyyah karya Umar ibn Sahlan Al-Sawi. Dari Isfahan dilanjutkan ke Anatolia Tenggara dan diterima dengan baik oleh pangeran Bani Saljuq. Setelah itu pengembaraan Suhrawardi berlanjut ke Persia, pusat lahirnya tokoh-tokoh sufi. Di sini Suhrawardi tertarik seorang sufi sekaligus filosof.

2.       Abdul Latif AL-Bagdadi, (ahli ilmu mantiq dan bayan)
                                Beliau lahir di Baghdad pada tahun 1162 M ,dan meninggal juga di   Baghdad dalam usia 69 tahun tepatnya pada tahun 1231 M. Ia terkenal seorang ahli anatomi, hasil karya Abdul Latif yang terkenal di Eropa adalah Account of Egypt Karya tersebut masih berupa manuskrip (tulisan tangan) diketemukan oleh Edward Pococke seorang orientalis, di perpustakaan Boldeian. Di dalamnya memuat deskripsi mengenai bencana kelaparan yang disebabkan Sungai Nil ketika sedang dilanda kering kerontang. Ini terjadi pada tahun 1200-1202 M.
                                Dari sejumlah karya tulisannya, sebagian besar mengenai ilmu kedokteran. Selama hidupnya, ia telah menulis karya-karya yang berjumlah tak kurang dari 116 buah. Bahkan, ia merupakan ahli anatomi pertama yang memberi deskripsi lengkap dan akurat tentang tengkorak kepala manusia dan tulang muka, termasuk tulang rahang bawah.
                                Ia juga mengembangkan studi tentang petualangan pada umumnya, teori   Galenus misalnya, mengenai tulang bawah dan tulang yang menghubungkan tulang punggung dan tulang kaki, berhasil ia sempurnakan selama berada di Mesir.
3.       Syamsudin Khallikan  (ahli sejarah)
       Nama lengkapnya adalah Syamsuddin Abdul Abbas Ahmad ibnu    Muhammad ibnu Ibrahim ibnu Abi Bakr ibnu Khallikan al Marmaki al Irbili.
Beliau seorang kelahiran Irbil, Irak, pada 22 September 1211 Masehi, sejak remaja ia memang telah jatuh cinta pada teks-teks yang memiliki kaitan dengan masa lalu, yaitu sejarah. Termasuk, buku-buku yang mengungkapkan petualangan para tokoh Muslim.
Saat menjabat sebagai seorang hakim, ia tetap memiliki waktu untuk menekuni bidang kajian yang digandrunginya itu. Melalui  tangannya, ia banyak menulis biografi tentang tokoh-tokoh Muslim yang telah mengukir prestasi gemilang di bidangnya. Selain melakukan penulisan sendiri, Ibnu Khallikan banyak menggali karya para sejarawan, seperti Ibnu Abd al-Hakam yang menulis penaklukan-penaklukan Islam di sejumlah wilayah. Ia pun  mengkaji karya Muhammad ibnu Ishaq, yang merupakan penulis pertama biografi Muhammad SAW. Bahkan, Khallikan melampaui pencapaian para pendahulunya. Ia tak mengekor meski banyak mengkaji karya-karya pendahulunya. Lebih jauh, ia memiliki jalurnya sendiri dan melahirkan karya yang sama sekali berbeda dengan bentuk karya cendekiawan Muslim sebelumnya.
4.       Ibnu Al- farid (seorang sufi terkenal)
Ibnu Al- Farid dia dilahirkan di kairo, tinggal selama beberapa waktu di Mekah dan meninggal di Kairo. Puisinya secara menyeluruh mengikuti aliran sufi, dan dia termasuk penyair Arab yang paling luar biasa. Puisinya dianggap oleh banyak orang sebagai puncak bahasa Arab, meskipun secara mengherankan dia tidak begitu dikenal di  dunia barat.
Dua karya agung Ibnu al-Farid adalah Ode Minuman Anggur (meditasi indah tentang minuman anggur), dan Puisi Jalan Sufi. Eksplorasi dalam pengalaman rohani sepanjang jalur Sufi dan barangkali yang paling panjang sepanjang sejarah puisi di bahasa Arab. Puisinya sudah mengilhami berbagai ulasan rohani sepanjang berabad-abad.
5.       Abu Abdullah Al-Quda’i, (seorang ahli fiqih, hadis dan sejarah)
                       Beliau merupakan salah satu ulama Al-Azhar pada masa Dinasti Ayyubiyah yang sangat produktif dalam menghasilkan karya tulis,berikut ini adalah hasil karya tulis karangan beliau : 
                       1)    Asy-Syihab ( berisi tentang perbintangan)
                       2)    Sanadus Sihah (menjelaskan tentang perawi hadits-hadits sahih)
                       3)    Manaqib Al-Imami Asy-Syafi’i (berisi tentang budi pekerti imam Syafi’i)
                       4)    Auba’ Al-Anbiya (berisi tentang cerita para Nabi)
                       5)    Uyun Al-Ma’arif (menjelaskan tentang mata air ilmu pengetahuan)
                       6)    Al-Mukhtar Fiz-Zikr Al-Khutat wa Al-Asar (buku yang berisi  tentang sejarah mesir)
6.       Bin al-Baytar
        Beliau  lahir di Malaga, abad ke-6 H. /12 M  dan   wafat di  Damaskus, 646 H./1248   M, dia  berprofesi  sebagi  dokter  hewan, ahli botani, farmakologi, dan  sarjana ilmu tumbuh-tumbuhan     
Hasil karya tulis beliau  antara lain :
1)       “Al-Mughni fil al-adwiya” al-Mufrodat (bahasan mandiri tentang ramuan-ramuan sederhana), yang menjelaskan beberapa contoh ramuan obat yang tepat untuk semua penyakit.
2)       “Al-jami’ li Mufrodat al-Adwiya’ wa al-Aghdhiya” (kumpulan obat-obatan  mudah). Buku ini memuat tidak  kurang dari 1400 contoh-contoh obat, dimana 300 macam  diantaranya adalah penemuannya sendiri.  Secara umum ramuan tersebut berasal dari binatang-binatang, tumbuh-tumbuhan dan mineral-mineral.
3)       ”Mizan at-Tabib”
4)       “Risalah fi al-Aghdhiya’ wa al-Adwiya’”
5)       “Makalah fi al-Limun”
6)       ”Al-Adwiyat al-Basyithah”(ramuan-ramuan sederhana), dicetak dalam bahasa  latin dengan judul “Simplicia”.
7.       Ibnu Abi Ushaybi’ah
                                          Ibnu Abi Ushaybi`ah lahir di damaskus pada tahun 590 H /1194   M dan   meninggal pada tahun 668 H/ 270 M ditempat kelahirannya juga yaitu Damaskus, dan dia terkenal seorang ahli kedokteran muslim.
                                         Pada mulanya ia belajar di bawah bimbingan beberapa orang guru pada waktu itu, terutama Ibnu al-Baytar, yang memberinya pelajaran botani. Sedangkan  kedokteran dipelajarinya bersama dan sekaligus dibawah bimbingan ayahnya sendiri(seorang dokter mata) dan ar-Rahbi.
                                     Ilmu yang ia peroleh kemudian dipraktekkan di Rumah Sakit Nuri di Damaskus dan di Rumah Sakit Nasiri di Kairo. Kemudian ia bekerja pada dinas perintahan Izzudi Aybak al-Mu’azzami di Sarkhad, Damaskus.
                                  Hasil  karyanya antara lain :
1)       “Uyun al-Anba’ fi Tabakat al-Atibba”. Merupakan kumpulan dari  tidak  kurang 380 biografi ahli ilmu kedokteran yang tak terkira nilainya bagi sejarah sains Arab.
2)       “Isabat al-Munajjimin”
3)       “At-Tajarib wa al-Fawaid”
4)       “Hikayat al-Atiba’ fi Ilajat al-Adwa”
5)       “Ma’alim al-Umam”
8.    Daud al-Intaki
                           Tempat  tanggal lahir Antioch, Syiria dan wafat di Mekkah 1599   M, beliau ahli dalam bidang kedokteran. Dan hasil karyanya yang terkenal adalah sebagai berikut :
1)    Tadhkirat Ulil al-Bab wal-Jami`lil ajab al-Ujab, yang merupakan buku   pegangan kedokteran lengkap dengan kupasan yang mendalam.
2)    Memoria, yang berisikan ramuan obat-obatan yang digunakan di berbagai apotek di Eropa.
3)    Risalah fil Ta`ir wal-Ukab, yang berisikan kecaman pedas terhadap para filosof.
4)    Unmudhaj fi`ilm al-Falak, berisikan penggunaan astrologi dalam kedokteran.
9.       Muhammad Al-Damiri
                         Muhammad Al- Damiri adalah seorang ahli Zoologi (Ahli Ilmu   Hewan),hasil karya  tulisnya adalah “Hayat al-Hayawan” (The Life Animals), yang berisikan tentang ilmu hewan Islam. Buku ini lama sekali dipakai oleh sekolah-sekolah di berbagai negeri di Timur.
10.    Ibn Al-Adhim (588-660 H/ 1192- 1262 M)
        Nama lengkapnya, Kamaluddin Abu al Qosim Umar bin Ahmad bin Haibatullah bin Abi Jaradah Al Aqil, berasal dari bani Jaradah yang bermigrasi dari Bashrah ke Allepo karena wabah penyakit.  Al-Adhim lahir di Allepo, ayahnya menjadi Qadhi Madzhab Hanafi di kota itu. Sejak tahun 616 H/ 1219 M,  mulai mengajar di Allepo, setelah mendalami berbagai pengetahuan di Allepo, Baitul Maqdis, Damaskus, Hijaz dan Irak.
                                Kemudian menjadi Qadhi di Allepo pada zaman Amir Al- Aziz dan Al-Nashir dari dinasti Ayubiyah di Allepo, dan menjadi dubes kedua penguasa ini di Baghdad dan Kairo.
                Karya-karya Al-Adhim diantaranya,  Zubdah al hallab min tarikh Hallaba, Bughyah at Thalib fi Tharikh Halaba, tentang sejarah Allepo / Halaba yang disusun secara alfabetik  terdiri dari 40 juz atau 10 jilid.
                Al-Adhim, melarikan diri ke Kairo hingga wafat, ketika tentara Mongol menguasai halaba/ Allepo pada tahun 658 H / 1160 M.
11.    Al-Bushiri
        Nama lengkapnya  Sarafuddin Abu Abdillah Muhammad bin Abdullah as Shanhaji al Bushiri,  lahir pada tahun 1212 M di Maroko. Al-Bushiri seorang sufi besar, pengikut Thariqat Syadziliyah, dan menjadi salah satu murid Sulthonul Auliya Syeikh Abul Hasan Asy-Syadzily, r.a.   Gurunya yang lain beberapa ulama tasawuf seperti Abu Hayyan, Abu Fath bin Ya’mari dan Al ‘Iz bin Jama’ah al Kanani Al Hamawi.
        Sejak masa kanak-kanak, dididik olek ayahnya sendiri dalam mempelajati Al-Qur’an untuk memperdalam ilmu agama dan kesusastraan Arab.
        Al-Bushiri dikenal sebagai orang yang wara’ (takut dosa). Pernah suatu ketika ia akan diangkat menjadi pegawai pemerintahan kerajaan Mesir, akan tetapi melihat perilaku pegawai kerajaan membuatnya menolak.     
12.    dullah Muhammad Al-Idrisi
                Seorang  ahli geografi dan juga ahli botani yang mencatat penelitiannya dalam buku Kitab Al-Jami’ li Asytat an-Nabat (Kitab kumpulan dan Tanaman).
                13.  Ad-Dawudi
                Seorang  ahli botani,  pengarang kitab Nuzhah an-Nufus wa al- Afkar Ma’rifah wa al-Ahjar wa al-Asyjar (kitab komprehensif tentang Identifikasi Tanaman, Bebatuan, dan Pepohonan).
                14.  Syeikh Abu al-Qosim al-Manfaluti (Seorang ahli fiqih)
15.  Al Hufi, ahli bahasa,
 16. Abu Abdullah Muhammad bin Barakat (Seorang ahli Nahwu dan ahli tafsir)                                                   
               Pertemuan kedua
Peran Para tokoh ilmuwan muslim pada masa Dinasti Al-Ayyubiyah
         Dengan adanya para ilmuwan muslim  membawa peran yang sangat banyak sekali dalam perkembangan kemajuan kebudayaan islam di masa Dinasti Al-Ayyubiyah,diantaranya adalah sebagai berikut :
1.       Memberi pemahaman  tentang paham sunni yang menjadi madhzab resminya.
2.        Mengajarkan berbagai macam ilmu yang berkaitan dengan bahasa  seperti:
                       a. ilmu Nahwu ( tata bahasa Arab)
        b. Balaghah
        c. Mantiq (logika)
        d. Sastra.
3.  Mengajarkan berbagai macam ilmu –ilmu agama,seperti :
        a. Tauhid
        b. Fiqih
        c. Hadits
        d. Tasawuf
               4. Mengajarkan berbagai macam ilmu umum,seperti:
                       a. Kedokteran
                       b. Matematika
                       d. Sejarah
                       e. Pertanian
            5. Mendirikan berbagai macam fakultas,yang disesuaiakan dengan nama     ilmunya,diantaranya :
                       a. Fakultas Syariah
                       b. Fakultas Ushuluddin
                       c. Fakultas Bahasa
            6. Mewariskan berbagai macam karya tulis yang sangat banyak  kepada generasi-generasi sesudahnya.
           Memang dapat kita lihat dari perkembangan dan kemajuan yang terjadi pada masa pemerintahan Dinasti Al-Ayyubiyah tidak sepesat dan semaju perkembangan yang terjadi pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Sebab masa-masa pemerintahan Dinasti Al-Ayyubiyah merupakan piriode sulit yaitu tengah terjadi perang salib yang banyak menghabiskan energi umat islam sehingga tidak terjadi perkembangan ilmu pengetahuan dan peradapan islam yang cukup besar.

         Meskipun begitu,pada masa-masa jeda peperangan,biasanya para ulama dan penguasa melaksanakan perbaikan dan pengembangan peradapan Islam, sehingga masih dapat ditemukan sisa-sisa kemajuan peradapan islam yang ada pada masa pemerintahan Dinasti  Al-Ayyubiyah.