Latar Belakang
berdirinya Dinasti Abbasiyah
Pemerintahan Dinasti Abbasiyah merupakan kelanjutan
dari pemerintahan sebelumya yaitu Dinasti Umayyah yang telah digulingkannya.
Dinamakan Dinasti Abbasiyah karena para pendiri dan
penguasanya merupakan keturunan Abbas bin Abdul Mutholib, paman Rosulululloh.
Nama Abbasiyah berasal dari kata Al-Abbas dan Abbas
itu adalah nama seorang keturunan Bani Hasyim.
Berdirinya Dinasti Abbasiyah dilatar belakangi oleh
terjadinya kekacauan dalam kehidupan
bernegara Dinasti Umayyah.
Menjelang runtuhnya Dinasti Umayyah ini para
khalifah dan pejabat negara lainnya melakukan kekeliruan dan kesalahan yang
menyebabkan terjadinya kekacauan tersebut. Kesalahan dan kekeliruan
Dinasti umayyah yang menyebabkan
runtuhnya dinasti tersebut :
Ø Dinasti ini menganakemaskan (mengistimewakan) bangsa
Arab atas bangsa lainnya dan menganggap rendah kaum muslim non Aran (Mawali),
sehingga orang-orang Mawali merasa kecewa atas perlakuan ini.
Ø Dinasti ini memihak pada salah satu golongan dari
suku Arab yang bersaing Dalam persaingan antara Arab Utara (Mudariyah) dan Arab
Selatan (Himyariyah), penguasa Dinasti Umayyah mendukung salah satu suku yaitu
suku Himyariyah, sehingga suku yang tidak mendapat dukungan merasa kecewa.
Ø Dinasti ini selalu menindas para pengikut Ali dan
Bani Hasyim. Dinasti ini juga mengingkari salah satu isi dari perjanjian ”Ammul Jamaah” yaitu setalah
jabatan khalifah Muawiyah berakhir kekuasaan akan diserahkan pada musyawarah
kaum muslimin tetapi Muawiyah dan penerusnya justru mengangkat putra mahkota.
Ø Banyak diantara pemimpin Dinasti Umayyah melakukan
pelanggaran terhadap ajaran Islam, yaitu bergaya hidup mewah dan berfoya-foya
meniru gaya hidup penguasa Romawi, sehingga para penguasa Dinasti ini memiliki
figur yang lemah.
Kelompok-kelompok yang merasa tidak puas terhadap
Dinasti Umayyah yang menyebabkan runtuhnya dinasti tersebut :
ØKelompok muslim non Arab (Mawali) yang memprotes kedudukan mereka sebagai
warga kelas dua dibawah warga muslim Arab.
ØKelompok Syiah dan Khawarij yang menganggap Dinasti Umayyah telah
merampas kekhalifahan.
ØKelompok muslim Arab di Mekah, Madinah, dan Irak yang merasa sakit hati
atas perlakuan istimewa terhadap penududuk Suriah
ØKelompok muslim yang saleh, baik Arab maupun non Arab yang menganggap
keluarga Dinasti Umayyah bergaya hidup mewah jauh dari ajaran Islam.
Kelompok-kelompok tersebut membentuk suatu kekuatan
gabungan yang dikoordinasi dan dipimpin oleh keturunan Al-Abbas, Paman Nabi
Muhammad.
Untuk mencari dukungan masyarakat luas, kelompok
Dinasti Abbasiyah melakukan propaganda yang mereka sebut sebagai Gerakan
Dakwah.
Mereka
mempropagandakan bahwa
“menggulingkan kekuasaan pemerintah Dinasti Umayyah merupakan perintah agama”.
Di samping itu untuk meraih simpati umat dan
dukungan kaum Syiah mereka tidak mengusung nama Bani Abbas tetapi mengusung
nama Bani Hasyim. Mereka mengatakan bahwa jabatan khalifah merupakan hak
keluarga Nabi.
Gerakan mereka didukung oleh kaum Syiah, Khawarij
dan Mawali di kota Khurasan yang sebelumnya selalu ditindas oleh Dinasti
Umayyah.
Persamaan nasib sebagai kelompok yang tertindas
inilah yang membuat ketiga kelompok itu mendukung propaganda ini.
Jadi latar belakang lahirnya Dinasti Abbasiyah,
yaitu kekecewaan yang menumpuk dan bersatu akibat dari kekeliruan dan kesalahan
para penguasa Dinasti Umayyah dalam mengambil kebijakan.
Gerakan menentang Dinasti Umayyah semakin membesar
saat Dinasti Umayyah dijabat khalifah yang terkahir yaitu Marwan bin Muhammad
(Marwan II).
Proses
Pembentukan Dinasti Abbasiyah
Dinasti ini
didirikan oleh Abu Abbas As Saffah (As Saffah berarti penumpah darah, Ia diberi
gelar ini karena ia memiliki kemauan yang keras dan tidak segan-segan untuk
menumpahkan darah guna mewujudkan keinginannya).
Langkah-langkah Bani Abbas untuk mendirikan Daulat
Abbasiyah :
1. Membentuk gerakan di bawah tanah dengan melakukan
propaganda (menyusun kekuatan secara
diam-diam) dengan tokohnya antara lain :
- Muhammad Al-Abbas
- Ibrahim Al Imam
- Abu Muslim
Al-Khurasani
Dari ketiga tokoh propaganda tesebut Abu Muslim Al Khurasani merupakan
propagandis yang paling sukses dan terkenal.
2. Menerapkan politik bersahabat, artinya keturunan
Bani Abbas tidak memperlihatkan sikap bermusuhan dengan Bani Umayyah atau
siapapun.
3. Menggunakan nama Bani Hasyim (Ahlul Bait). Hal ini
dimaksudkan agar mendapat simpati umat dan dukungan dari kelompok pendukung Ali
(Syiah).
4. Menjadikan Khurasan sebagai pusat kegiatan gerakan
Bani Abbas yang dipimpin oleh Abu Muslim Al-Khurasani.
Strategi ini ternyata berhasil menghimpun kekuatan besar dan dahsyat yang
tidak bisa dibendung lagi oleh golongan manapun juga. Dalam perjuangannya untuk
mendirikan Dinasti Abbasiyah, para tokoh pendiri Dinasti ini menerapkan cara
kepemimpinan yang bersifat kolektif (kolegial leadership),namun tertutup
dengan gerakan bawah tanah. Para tokoh pendiri Dinasti Abbasiyah menetapkan
tiga kota sebagai pusat kegiatan, yaitu : Humaymah sebagai pusat
perencanaan organisasi, Kufah sebagai kota penghubung dan Khurasan
sebagai pusat gerakan praktis.
Proses berdirinya Dinasti Abbasiyah dimulai dari
tahap persiapan dan perencanaan yang
dilakukan oleh Ali bin Abdulloh bin Abbas. Gerakan bawah tanah dan propaganda
untuk mendirikan Dinasti Abbasiyah ini dimulai ketika Dinasti Umayyah berada di
bawah kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz (717-720 M). Pada waktu itu Umar bin Abdul Aziz memimpin
dengan adil. Negara dalam keadaan aman, tentram dan stabil. Ia juga
menerapkan persamaan hak kepada seluruh
warga negara. Kondisi ini memberi peluang pada Bani Abbas untuk menyusun
kekuatan dengan melakukan gerakan bawah tanah dan propaganda di kota Al
Humaymah
Peluang emas yang dimiliki Bani Abbas untuk
merebut kekuasaan Bani Umayyah itu terjadi pada masa Kholifah Marwan Bin
Muhammad (127 – 132 H = 745 – 750 M) yakni kholifah Bani Umayyah terakhir, di
mana waktu itu pemerintahan Dinasti Umayyah mencapai puncak kekacauan yang
sulit diatasi. Pemimpin gerakan Bani Abbasiyah pada waktu itu adalah Muhammad
bin Ali (wafat tahun 743 M) kemudian diteruskan anaknya Ibrahim Al Imam dengan
mengangkat Abu Muslim Al Khurasani sebagai panglima perang
Abu Muslim Al-Khurasani merupakan seorang pemuda
yang pemberani, pada usia 19 tahun ia diangkat sebagai panglima perang oleh
Ibrahim Al Imam. Ia banyak memperoleh dukungan di kota Khurasan. Pernah dalam
sehari ia berhasil menarik simpati penduduk dari sekitar 60 desa di sekitar
Merv. Abu Muslim Al Khurasani mengajak
golongan Syiah, golongan Alawiyyin (Bani Ali) untuk menentang Bani Umayyah yang
telah menindas mereka.
Sebelum Abu Muslim Al Khurasani diangkat sebagai
panglima perang, gerakan dakwah dan propaganda dilakukan secara diam-diam. Hal
itu dilakukan karena belum berani melawan Dinasti Umayyah secara
terang-terangan. Pada tahun 747 M setelah Abu Muslim Al Khurasani diangkat
menjadi panglima perang, Ibrahim Al Imam menyuruhnya untuk merebut kota
Khurasan dan menyingkirkan orang-orang Arab yang mendukung Dinasti Umayyah.
Namun rencana ini tercium oleh khalifah Marwan II dan akhirnya Ibrahim Al Imam
ditangkap dan dipenjara hingga meninggal. Selanjutnya komando perlawanan
diambil alih keponakan Ibrahim Al Imam yang bernama Abdulloh bin Muhammad yang
dikenal sebagai Abu Abbas As Saffah. Ia tetap menunjuk Abu Muslim Al Khurasani
untuk menjadi panglima dan melakukan perlawanan di Khurasan.
Tokoh-tokoh pendiri Bani Abbasiyah
1. Muhammad bin Ali bin Abdullah,
2. Ibrahim al Imam,
3. Abu Muslim Al Khurasani,
4. Abul Abbas as-Shaffah
5. Abu Ja’far al Mansyur.
Silsilah Bani Abbasiyah dan
Khalifah-khalifah Dinasti Abbasiyah
1. Silsilah Bani Abbasiyah
Dalam silsilah Bani Umayyah terdapat tiga keluarga
besar yang saling bersaing memperebutkan kekuasaan, yaitu :
a.
Keluarga
Alawiyyin (didukung oleh kaum Syiah)
b. Keluarga Umayyah
c.
Keluarga
Abasiyah
2. Khalifah-khalifah Dinasti Abbasiyah
a. Periode pertama
Kholifah Dinasti Abbasiyah pada periode pertama
adalah sebagai berikut :
1. Abu Abbas As-Saffah (132 –
136H = 750-754M)
2. Abu Ja’far Al-Mansur (136 – 158H = 754-775M)
3. Muhammad Al-Mahdi (158-169H = 775-785M)
4. Muhammad Al-Hadi (169 – 170H = 785 – 786M)
5. Harun Ar-Rasyid (170 – 193H = 786-809M)
6. Abdullah Al-Amin (193 – 198H = 809-813M)
7. Al Ma’mun
(198 – 218 = 813 – 833 M)
8. Al Mu’tashim Billah (218 – 227H = 833-842M)
9. Abu Ja’far Al-Watsiq (227 – 232H = 842-847M).
b. Periode Kedua
Khalifah Dinasti
Abbasiyah pada periode kedua adalah sebagai berikut :
1. Al-Mutawakil (232 – 247H = 847-861M)
2. Al-Muntshir (247 – 248H = 861-862M)
3. Al-Mu’tain (248 – 252H = 862-866M)
4. Al-Mu’taz (252 – 255H = 866-869M)
5. Al-Muhtadi (255 – 256H = 869-870M)
6. Al-Mu’tamid (256 – 279H = 870-892M)
7. Al-Mu’tadhid (279 – 289H = 892-902M)
8. Al-Muktafi (289 – 295H = 902-908M)
9. Al-Muqtadi (295 320H = 908-932M)
10. Al-Qohir (320 – 322H = 932-934M)
11. Ar-Rodhi (322 – 329H = 934-941M)
12. Al-Muttaqi (329 – 333H = 941-945M)
13. Al-Mustaqfi (333 – 334H = 945-946M).
c. Periode ketiga
Kholifah Dinasti
Abbasiyah pada periode ketiga adalah sebagai berikut :
1. Al-Muti (334 – 363H = 946-974M)
2. At-Tho’I (363 – 381H = 974–991M)
3. Al-Qodir (381 – 422H = 991-1031M)
d. Periode keempat
Khalifah Dinasti
Abbasiyah pada periode keempat adalah sebagai berikut :
1. Al-Qoyyim (422 – 467H = 1031-1075M)
2. Al-Muqtadi (467 – 487H = 1075-1094M)
3. Al-Mustazhir (487 – 512H = 1094-1118M)
4. Al-Musytarsid (512 – 529H = 1118-1135M)
5. Al-Rasyid (529 – 530H = 1135-1136M)
6. Al-Muktafi (530 – 555H = 1136-1160M)
7. Al-Mustanjid (555 – 566H = 1160-1171M)
8. Al-Mustadi (566 – 575H = 1171-1180M)
9. An-Nashir (575 – 622H = 1180-1125M)
e. Periode kelima
Kholifah Dinasti Abbasiyah pada periode kelima adalah sebagai berikut :
1. Az-Zahir (622 – 623H = 1225-1226M)
2. Al-Mustanshir (623 – 640H = 1226-1242M)
3. Al-Musta’shim (640 – 656H = 1242-1258M)
Dari ke-37 khalifah ini setidaknya terdapat tiga
khalifah yang menonjol yaitu Abu Ja’far Al Mansur, Harun Ar Rasyid dan Abdulloh
Al Ma’mun. Dari ketiga khalifah yang menonjol ini khalifah yang terkenal dari
Dinasti Abbasiyah adalah Harun Ar Rasyid.
Baghdad Sebagai
Pusat Kekuasaan
Kota-kota yang pernah dijadikan Ibu Kota Abbasiyah
adalah Kuffah, Hirah, Anbar (Hasyimiah) dan Baghdad. Perpindahan ibu
kota dari Kuffah ke Hirah disebabkan karena penduduk kota Kuffah mayoritas
pendukung Ali dan dianggap tidak setia kepada golongan Abbas, sedangkan kota
Hirah hanya pilihan yang bersifat sementara, selanjutnya ibu kota pindah ke
kota Anbar (Hasyimiah).
Dengan adanya pemberontakan itu, khalifah Al-Mansyur
memandang bahwa kota Anbar tidak cocok lagi sebagai pusat pemerintahan.
Kemudian beliau memindahkan pusat pemerintahannya ke kota Bagdad.
Latar belakang dipilihnya kota
Bagdad adalah :
1. Adanya pemberontakan Rowandiyah terhadap kholifah
Abu Ja’far Al-Mansyur.
2. Wilayah Bahgdad cukup luas dan tanahnya subur.
3. Letak Bagdad sangat strategis dan mudah dijangkau
oleh berbagai wilayah
KOTA BAGHDAD
Pendiri kota Baghdad adalah kholifah Abu Ja’far
Al-Mansyur dan arsitek yang membangun kota itu adalah Hajjaj Bin Arthah dan Amran
Bin Wahdhah Para pekerjanya yang berpengalaman dari Syam, Kuffah, Basrah,
Manshul, Dailami dan lain-lain. Jumlah tenaga kerjanya kurang lebih 100.000
orang. Kota Bagdad bentuknya bundar dengan gaya bangunan seni Islami. Di tengah
kota dibangun istana “Qashruzzahab” atau istana keemasan dengan luas 160.000
hasta persegi dan mesjid agung seluas 40.000 hasta persegi. Di luar kota
dibangun kota-kota satelit yang ditata rapi dan indah, serta dibangun istana
“Qashrulkhuldi” (Istana Abadi).
Sebab runtuhnya Bani Umayyah
1. Figur khalifah yang lemah
2. Hak Istimewa bangsa Arab Suriah
3. Pemerintahan yang tidak demokratis dan korup
4. Persaingan antar suku
Kelompok yang muncul saat melemahnya Bani Umayyah
1. Kelompok muslim non-Arab (mawali)
2. Kelompok Khawarij dan Syi’ah
3. Kelompok muslim Arab di Mekah, Madinah dan Irak
4. Kelompok muslim yang saleh, baik Arab maupun
non-Arab
Mengambil ibrah dan meneladani peristiwa Sejarah
Dinasti Abbasiyah.
Setelah kita membaca sejarah berdirinya Bani
Abbasiyah, maka kita dapat mengambil hikmah dan suri tauladan antara lain
sebagai berikut :
1.
Bersungguh-sungguh
dalam meraih cita-cita tanpa pantang menyerah walaupun banyak hambatan,
rintangan bahkan penuh pengorbanan baik berupa waktu, materi, tenaga bahkan
nyawa demi tercapai cita-cita yang diinginkan.
2.
Bekerja
sama dan saling menolong sesama umat Islam segala usaha.
3.
Selalu
mengutamakan kepentingan agama.
4.
Hidup yang
optimis, dinamis, inovatif dan siap menerima kritik konstruktif.
5.
Punya
pandangan hidup yang lebih baik yang berdasarkan pada norma susila, norma
budaya, norma hukum dan norma agama.
6.
Berani berjuang demi nusa, bangsa, dan negara.
Sangat membantu, kebetulan saya menulis mengenai sejarah dan latar belakang berdirinya daulah abbasiyah di jurnalizindo.
BalasHapusAlhamdulillah menambah wawasan
BalasHapusAlhamulillah membantu saya saat ujian
BalasHapusAlhamdulillah menambah ilmu
BalasHapusMakasih
Barakallahu fik
BalasHapusSyukron...
BalasHapusTerimakasih atas pemberitahuan nya
BalasHapusSaya kurang puas
BalasHapusKurang puas
BalasHapusSangat puas tapi kurang di panjang lebarkan lagi
BalasHapusSangat puas
BalasHapus