Menu

Sabtu, 12 November 2016

RPP SKI kelas 8 Gasal


Power Point perkembangan peradaban Islam masa Abbasiyah


Nilai positif perkembangan peradaban Islam masa Abbasiyah



Nilai-nilai Positif  dari Perkembangan Kebudayaan/peradaban Islam pada masa Abbassiyah   
  1. Penerapan Nilai Keseimbangan antar  Sistem Pemerintahan dan Kekuatan Rakyat
Kemajuan peradaban dan kebudayaan Bani Abbasiyah dapat menandingi dan mengalahkan kemajuan peradaban-peradaban sebelumnya seperti dari Bangsa Yunani, Byzantium, India, dan sebagainya. Sebab peradaban Bani Abbasiyah, tidak hanya mendapat pencerahan ilmu-ilmu Yunani, Persia, dan India melainkan karena mendapat ”cahaya Al-Qur’an dan Hadits-hadits Rasululllah SAW.”

  1. Nilai Kesungguhan dan Kebersamaan Khalifah dalam memajukan Negara dengan Keihlasan para Ilmuwan dan Ulama
Adapun hikmah yang dapat diambil umat Islam atas peran ulama dan para ilmuwan antara lain :
1.      Ke-Istiqomahan mereka dalam menegakkan Islam
2.      Para ulama bener-benar menegakkan  dasar dan prinsip : ilmu amaliah dan amal ilmiah
3.      Keikhlasan mereka baik jiwa, raga, harta, dan waktu hanya satu untuk kemajuan Islam dan mencari ridho Allah swt

Nilai-nilai Negatif  dari Perkembangan Kebudayaan/peradaban Islam pada masa Abbassiyah   
Adapun sebab-sebab dampak negatif atau kemunduran Bani Abbasiyah antara lain:
  1. Perpecahan antar bangsa keturunan Arab dan bangsa non-Arab (’Ajam);
2.       Perbedaan pendapat antara tradisi muslim Arab dan muslim Non-Arab;
3.       Sikap keirian kaum Dzimmy terhadap kemajuan Islam secara signifikan;
4.       Keturunan khalifah yang merasa berhak untuk melanjutkan kekhalifahan, sedangkan rezim baru tidak peduli dengan sistem keturunan;
5.       Munculnya beragam aliran keagamaan seperti: Syiah, Qaramithah, Ismailiyah, dan sebagainya yang melahirkan ideologi baru;
6.       Kehidupan keduniaan akibat kemajuan di segala bidang, melahirkansikap konsumtif di lingkungan keluarga khalifah;
7.       Kepemimpinan pada generasi kedua tidak cakap sebagaimana pemimpin generasi sebelumnya;
8.       Adanya perang yang berlangsung sampai 2 abad, sehingga cukup melelahkan militer Islam.

Identifikasi kebudayaan/Peradaban pada masa Dinasti Abbasiyah
  1. Bani Abbasiyah cukup cerdas dari pengalaman, bahwa sebuah negara menjadi kuat dikarenakan militernya kuat, rakyat menjadi kuat karena mendapatkan pengayoman, ketenangan , ketentraman dari militer yang memang untuk membela rakyat.
  2. Militer yang dibangun abbasiyah, bukan militerisme tetapi militer yang membesarkan rakyat dan dibesarkan rakyat untuk tujuan daulat rakyat.
  3. Penguatan di bidang militer akan menciptakan stabilitas politik yang dikembangkan dan berdampak positif pada kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan, ekonomi,sosial dan kebudayaan.
  4. Kemajuan Abbasiyah merupakan buah dari setrategi politik yang dikembangkan dengan pendekatan kepentingan bersama. Bani abbasiyah dapat mengendalikan dari berbagai kepentingan untuk satu tujuan yaitu kemulyaan Islam, kesejahteraan dan keadilan masyarakat secara menyeluruh.
  1. Penataan internal mulai dari khalifah secara pribadi, para menteri, para pejabat negara, wazir, gubenur sampai dengan pimpinan ditingkat paling bawah.Kekhalifahan ini didirikan dengan tekat satu, yaitu bersatu untuk memakmurkan dunia Islam dan meninggikan kalimat Allah di muka bumi.
  2. Sistem politik dengan mengedepankan demokrasi atau musyawarah dengan seluruh jajaran kekhalifahan bersama rakyat dan membuahkan keputusan yang memuaskan di semua fihak.
  3. Kedisiplinan, ketertiban dengan dasar kejujuran dan pengabdian yang dilaksan akan oleh semua fihak, dengan tetap menjaga kehormatan pribadi dan keteladanan umum, menjadikan kekhalifahan sangatlah berwibawa dimata lawan dan kawan.
  4. Sealain itu hal yang prinsipil dan organ, yaitu berkat rahmat Alla SWT. Yang diberikan dinasti abbasiyah, sehingga mengalami kejayaan sampai 500 tahun. Ini semua merupakan kemurahan dan karunia Allah SWT

Dampak Perkembangan Ilmu  Agama Bagi Perkembangan Umat
Dampak positif tersebut antara lain sebagai berikut :
1.      Muncul ulama-ulama hadits dan karya besarnya sehingga umat Islam tidak akan ragu lagi dan ditipu oleh hadits-hadits palsu karana hadits-hadits tersebut sudah teruji kesahihannya.
2.      Adanya pembukuan dan penyeleksian hadits akan memudahkan umat Islam mengikuti teladan hidup dari Rasul
3.      Berkembangnya ilmu tafsir akan mempermudah umat Islam mengetahui isi, dan makna kandungan Al Qur’an sebagai pedonam dalam kehidupan sehari-hari
4.      Berkembangnya ilmu fiqih serta munculnmya ulama-ulama fiqih dan karya besarnya, maka umat Islam bebas memilih mazhab yang akan menjadi panutan dalam menentukan hukum dan tidak akan buta mazhab yag kadang menimbulkan perpecahan
Perkembangan ilmu tasawuf sangat berperan dalam kehidupan umat agar manusia tidak terbuai dengan urusan keduniaan saja, berpola hidup sederhana dan menjauhi hal-hal yang bertentangan dengan agama

Tokoh dan hasil karya peradaban Islam masa Abbasiyah



Tokoh-tokoh dan Hasil Karya yang Berperan dalam Bidang Ilmu Pengetahuan
1.      Tokoh-tokoh dan Hasil Karya di Bidang Filsafat
a.      Al – Kindi
Al Kindi adalah filsuf besar pertama Islam. Ia lahir pada tahun 801 M (pada masa pemerintahan Harun ar-Rasyid) dan meninggal pada tahun 869 M. Pada masa pemerintahan khalifah-khalifah besar Dinasti Abbasiyah, yaitu al-Amin, al-Ma’mun, al-Mu’tasim, al-Wasiq, dan al-Mutawakkil, ia diangkat sebagai guru dan tabib kerajaan.
Al-Kindi lahir di Kufah dan nama lengkapnya adalah Abu Yusuf Ya’qub bin Ishak bin Sabah bin Imran bin Ismail bin Muhammad bin al-Asy’as bin Qais al-Kindi. Nama al-Kindi berasal dari nama salah satu suku Arab yang besar sebelum Islam, yaitu suku Kindah.
Al-Kindi dikenal sebagai filsuf muslim yang pertama karena ia adalah orang Islam pertama yang mendalami ilmu-ilmu filsafat. Hingga abad ke-7 M, pengetahuan filsafat masih didominasi orang-orang Kristen Suriah. Selain menerjemahkan, al-Kindi juga menyimpulkan karya-karya filsafat Helenisme. Ia juga dikenal sebagai pemikir muslim pertama yang menyelaraskan filsafat dan agama. Al-Kindi memandang filsafat sebagai ilmu yang mulia. Ia melukiskan filsafat sebagai ilmu dari segala ilmu dan kearifan dari segala kearifan. Filsafat bertujuan untuk memperkuat kedudukan agama dan merupakan bagian dari kebudayaan Islam.
Karya Al Kindi
Karya-karya al-Kindi berjumlah kurang lebih 270 buah. Karya tersebut kebanyakan berupa risalah-risalah pendek dan banyak yang sudah tidak ditemukan lagi. Karya –karya itu dapat dikelompokkan dalam bidang filsafat, logika, ilmu hitung, musik, astronomi, geometri, medis, astrologi, psikologi, politik, dan meteorologi. Salah satu karya Al Kindi di bidang filsafat adalah Risalah fi Madkhal al Mantiq bi Istifa al Qawl fih yang berisi tentang sebuah pengatar logika. Dari karya-karyanya itu dapat diketahui bahwa al-Kindi adalah orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan mendalam.


b.      Al-farabi
Al-Farabi lahir di Farab pada tahun 870 M dan wafat di Aleppo (Suriah) pada tahun 950 M. Nama lengkapnya adalah Abu Nasr Muhammad bin Muhammad bin Tarkhan bin Uzlag al-Farabi. Ia selalu berpindah tempat dari waktu ke waktu. Ia dikenal rajin belajar serta memiliki otak yang cerdas. Al-Farabi banyak belajar agama, bahasa Arab, bahasa Turki, dan bahasa Persi. Setelah dewasa, ia pindah ke Baghdad dan tinggal di sana selama 20 tahun serta mempelajari filsafat, logika, matematika, etika, ilmu politik, dan musik. Al-Farabi mengarang beberapa buku dalam berbagai bidang diantaranya logika, fisika, ilmu jiwa, kimia, ilmu politik, dan musik.
Dua karya yang termasyur adalah al-Jam’u Baina Ra’yi al-Hakimaini (mempertemukan dua pendapat filsuf, Plato dan Aristoteles) dan Uyun al-Masail (pokok-pokok Persoalan).
Pendapat Al Farabi Tentang Negara
Ada Lima bentuk Negara , yaitu; negara utama, negara orang-orang bodoh, negara orang-orang fasik, negara yang berubah-ubah, dan negara sesat.
1.     Negara utama (al-Madinah al Fadlilah)
Negara utama adalah negara yang penduduknya berada dalam kebahagiaan. Bentuk negara ini dipimpin oleh para nabi dan dilanjutkan oleh filsuf.
2.     Negara orang-orang bodoh adalah negara yang penduduknya tidak mengenal kebahagiaan.
3.     Negara orang-orang fasik (al-Madinah al-Fasiqah)
Negara orang-orang fasik adalah negara yang penduduknya mengenal kebahagiaan, tetapi tingkah laku mereka sama dengan penduduk negara orang-orang bodoh.
4.     Negara yang berubah-ubah (al-Madinah al-Mutabaddilah)
Penduduk negara ini awalnya mempunyai pikirkan dan pendapat seperti yang dimiliki penduduk negara utama, tetapi mengalami kerusakan.
5.     Negara sesat (al-Madinah ad-Dallah)
Negara sesat adalah negara yang pemimpinnya menganggap dirinya mendapat wahyu. Ia kemudian menipu orang banyak dengan ucapan dan perbuatannya

c.       Ibnu Sina
Ibnu Sina memiliki nama asli Abu al-Husain bin Abdullah. Ia dilahirkan di Afsyanah, Bukhara pada tahun 890 M dan meninggal di Hamdan pada tahun 1037 M. Ia merupakan seorang dokter dan filsuf Islam yang ternama. Di Barat ia dikenal dengan nama Avicenna. Sejak kecil, Ibnu Sina mempelajari Al-Qur’an dan ilmu-ilmu agama. Setelah itu, ia mempelajari matematika, logika, fisika, geometri, astronomi, metafisika, dan kedokteran.
Karya Ibnu Sina
Ibnu Sina meninggalkan tidak kurang dari 200 karya tulis. Kebanyakan tulisan itu menggunakan bahasa Arab, sedangkan sebagian lain menggunakan bahasa Persia. Buku-bukunya yang terkenal, antara lain seperti berikut :
1.       Asy-Syifa’ (Penyembuhan). Sebuah  buku yang menjadi literature penting dalam dunia kedokteran di Eropa.
2.       Al-Qanun fit-Tibb (Peraturan-peraturan dalam Kedokteran)
3.       Al-Isyarat wa at-Tanbihat (Isyarat dalam Penjelasan)
4.       Mantiq al-Masyriqiyyin (Logika Timur).
5.       ‘Uyun al Hikmah ( Mata air Hikmah ).

d.      Ibnu Maskawaih
Ibnu Maskawaih lahir pada tahun 941 M dan meninggal pada tahun 1030 M. Nama lengkapnya adalah Abu Ali Ahmad bin Muhammad bin Ya’kub bin Maskawaih terkenal sebagai ahli sejarah dan filsafat. Selain itu, ia juga seorang moralis, penyair, serta ahli ilmu kimia.
Ibnu Maskawaih mempunyai hubungan yang baik dengan para penguasa pada zamannya. Ia pernah mengabdi kepada Abu Fadl al-Amid sebagai pustakawan. Setelah itu, ia mengabdi kepada putranya, Abu al-Fath Ali bin Muhammad. Kedua orang tersebut menjadi menteri pada masa Dinasti Buwaihiyah. Ia juga pernah mengabdi kepada Adud Daulah, seorang penguasa Dinasti Buwaihiyah. Ibnu Maskawaih merupakan seorang pemikir muslim yang produktif
Karya Ibnu Miskawaih
Beberapa karya tulisnya yang sampai kini masih ada, antara lain sebagai berikut :
1.      Al-Fauz al-Akbar (Kemenangan Besar)
2.      Al-Fauz al-Asgar (Kemenangan Kecil)
3.      Tajarib al-Umam (Pengalaman Bangsa-bangsa)
4.      Uns al-Farid (Kesenangan yang tiada tara)
5.      Tartib as-Sa’adah (Akhlaq dan politik)
6.      As-Siyas (Aturan hidup)
7.      Jawidan Khirad (Ungkapan Bijak)
8.      Tahzib al-Akhlaq (Pembinaan Akhlaq)
Pemikiran filosofis Ibnu Maskawaih yang ditunjukkan pada etika dan moral dimuat dalam tiga bukunyaq, yaitu Tartib as-Sa’adah, Tahzib al-Akhlaq, dan Jawidan Khirad

e.      Al-Gazali
Al-Gazali lahir di kota Gazalah, sebuah kota kecil di dekat Tus, Khurasan. Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad at-Tusi al-Gazali. Ia lahir pada tahun 1058 M dan meninggal pada tahun 1111 M. Al-Gazali adalah seorang pemikir, teolog, filsuf, dan sufi termasyhur sepanjang sejarah Islam.
Ia lahir dari keluarga sederhana yang taat beragama. Pendidikannya dimulai dengan belajar Al-Qur’an dari ayahnya sendiri. Sepeninggal ayahnya, ia dan saudaranya dititipkan pada Ahmad bin Muhammad ar-Razikani, seorang temah ayahnya dan sufi besar. Dari ar-Razikani, al-Gazali mempelajari ilmu fiqih, riwayat hidup, dan kehidupan spiritual para wali. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya ke Jurjan dan berguru pada Imam Abu Nasr al-Isma’il. Beberapa tahun kemudian, ia pergi ke Nisabur dan memasuki Madrasah Nizamiyah, yaitu madrasah yang didirikan oleh Nizamuk Mulk, perdana menteri dari Dinasti Saljuk. Di sana, al-Gazali berguru kepada Imam Haramah al-Juwaini tentang ilmu usul fiqih, ilmu mantiq, dan ilmu kalam. Karena bakatnya, al-Gazali diangkat sebagai asisten yang menggantikan al-Juwaini mengajar jika ia berhalangan hadir.
Karya Al Ghazali
Di Nisabur ini, bakat menulis al-Gazali berkembang. Ia menulis hampir 100 buku tentang teologi, fiqih, tasawwuf, akhlak, dan autobiografi dalam bahasa Arab dan Persia. Karena keahliannya di berbagai bidang ilmu, baik filsafat, ilmu kalam, fiqh dan tasawuf maka  Ia mendapat gelar Hujjatul Islam.
Diantara bukunya yang terkenal adalah sebagai berikut :
1.       Maqasid al-falasiyah (Tujuan dari Filsuf)
2.       Tahafut al-Falasiyah (Kekacauan para Filsuf)
3.       Ihya’Ulumudin (Menghidupkan ilmu-ilmu Agama). Berisi tentang perpaduan antara fiqh dan tasawuf dan merupakan buku yang terkenal dalam ilmu tasawuf dan ilmu kalam.
4.       Al-Munqiz min ad-Dalal (Penyelamat dari Kesesatan)

f.       Ibnu Rusyd
Ia seorang filsuf ulung yang juga ahli ilmu Al-Qur’an dan ilmu-ilmu yang lain, seperti biologi, kedokteran, dan astronomi. Ibnu Rusyd lahir di Cordova, Spanyol pada tahun 1126 M dan meninggal di Maroko pada tahun 1198 M. Di Barat/Eropa dia dikenal dengan nama Averroes. Ulasan-ulasannya terhadap filsafat Aristoteles berpengaruh besar pada kalangan ilmuwan di Eropa sehingga muncul di sana suatu aliran filsafat yang dinisbahkan pada namanya, yaitu Averroisme. Salah satu dampak pemikiran Ibnu Rusyd di Eropa adalah terjadinya kebebasan berpikir di sana. 
Karya Ibnu Rusyd
Diantara karyanya ialah Fasl al-Maqal fi ma baina asy-Syari’ah wal Hikmah minal Ittisal (Pembeda yang jelas hubungan antara Syariat dan Filsafat). Al-Kasyf’an Manahij al-Adillah fi Aqaid al-Millah (Menyingkap Metodologi Dalil dalam Akidah Agama), dan Tahafut at-Tahafut (Kerancauan Berpikir dalam buku kerancauan filsafat). Buku terakhir ini ditujukan untuk membantah pendapat-pendapat al-Gazali dalam buku Tahafut al-Falasifah (Kerancauan Filsafat). Selain seorang filsuf, Ibnu Rusyd juga seorang dokter dan ahli hukum Islam (fiqih). Kitab fiqihnya yang terkenal adalah Bidayatul Mujtahid (Permulaan bagi Mujtahid).

2.      Tokoh – tokoh dan Hasil Karya di Bidang Kedokteran
a.      Ibnu Musawah
Nama lengkapnya adalah Abu Zakariya Yuhana bin Musawah. Ia seorang dokter yang masyhur pada abad ke-9 M/3 H. Kariernya sebagai dokter dimulai sejak masa khalifah Harun ar-Rasyid hingga al-Mutawakkil. Ia pernah menjadi dokter istana dan terkenal sebagai dokter spesialis diet. Diantara karyanya yang terpenting ialah An-Nawadir at-Tibbiyah, sebuah kumpulan aforisme medis, dan Kitab al-Azmina, sebuah deskripsi tentang musim sepanjang tahun. Ia juga banyak berjasa dalam menerjelahkan buku-buku kedokteran Yunani.

b.      Jabir bin Hayyan
Jabir bin Hayyan dikenal sebagai seorang ahli kimia dan dokter termasyhur. Di Barat, ia terkenal dengan nama Geber. Ia lahir di Tus pada tahun 721 M dan meninggal pada tahun 815 M di Kufah. Ia dekat dengan keluarga khalifah Dinasti Abbasiyah di Baghdad karena hubungan baiknya dengan keluarga Barmak. Seiring dengan tersingkirnya keluarga Barmak pada masa Khalifah Harun ar-Rasyid, ia ikut menyingkir ke Kufah hingga wafat.
Selain ilmu kimia, Jabir bin Hayyan juga menulis tentang logika, matematika, kedokteran, dan fisika. Karya tulisnya berjumlah hamper 80 buah dan banyak diterjemahkan ke dalam bahasa latin. Diantara karya tulisnya adalah at-Tajmi’ dan az-Zi’biq asy-Syargiy

c.       Ar-Razi
Ar-Razi adalah seorang dokter dan filsuf besar pada zamannya. Nama lengkapnya Abu bakar Muhammad bin Zakaria ar Razi. Ia berasal dari Persia. Ia lahir di Ray pada tahun 865 M dan wafat pada tahun 932 M di kota yang sama. Setelah mempelajari matematika, astronomi, logika, sastra, dan kimia, ia memusatkan perhatiannya pada kedokteran, dan filsafat.
Kesungguhan ar-Razi untuk belajar, meneliti, dan menulis sangat luar biasa. Ia pernah menulis dalam setahun lebih dari 20.000 lembar kertas. Karya ar-Razi mencapai 232 buku atau risalah dan kebanyakan dalam bidang kedokteran.
Karya tulisnya yang terbesar adalah al-Hawi, sebuah Ensiklopedi Kedokteran yang berjumlah 20 jilid. Buku ini mengandung ilmu kedokteran Yunani, Arab, dan Suriah yang ditulis dari hasil penelitian ar-Razi sendiri. Buku tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa latin pada tahun 1279 M. Sejak itu, buku tersebut dipakai sebagai rujukan di universitas –universitas Eropa hingga abad ke-17 M. Bukunya yang lain adalah Fi al-Judari wa al-Hasbat. Buku ini membahas penyakit campak dan cacar yang diterjemahkan ke dalam bahasa latin. Pada tahun 1866 M, buku itu dicetak untuk yang ke-40 kalinya.

d.      Ibnu Sina
Ketika membicarakan filsafat, kita telah mengenal Ibnu Sina. Di Barat ia dikenal dengan nama Avicenna. Konon, karyanya mencapai 200 buah yang meliputi filsafat, kedokteran, geometri, astronomi, teologi, filologi, dan kesenian. Karya monumentalnya berjudul Al-Qanun fit-Tibb. Buku ini merupakan kumpulan pemikiran kedokteran Yunani-Arab. Karya Ibnu Sina ini dipakai sebagai buku panduan bagi para mahasiswa yang mempelajarai kedokteran dari abad ke-12 sampai abad ke-17 M. Buku ini membedakan antara mediastinum dan pleurisy (pembengkakan pada paru-paru); mengenai kemungkinan penalaran wabah penyakit phthisis (penyakit saluran pernafasan, utamanya asma dan TBC) melalui pernafasan dan penyebaran berbagai penyakit melalui air dan debu. Ibnu Sina juga memberikan diagnosis ilmiah tentang penyakit ankylostomisis dan menyebutkan cacing pita sebagai penyebabnya. Sekitar 170 jenis obat-obatan disebutkan dalam buku ini.

3.      Tokoh-tokoh dan Hasil Karya di Bidang Astronomi
a.      Al-Battani
Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Jabir bin Sinan al-Battani. Ia termasuk astronom Arab terbesar. Astronom yang dilahirkan sekitar tahun 858 M ini bekerja di observatorium yang dibangun oleh Khalifah al-Ma’mun. Ia wafat pada tahun 929 M di Kasr al-Jis, sebelah Timur Sungai Tigris/ Dajlah. Diantara karyanya ialah Kitab al-Buruj fi ma baina Arba’ al-Falak, sebuah buku yang berbicara tentang naiknya tanda-tanda zodiac, dan memberikan penyelesaian terhadap persoalan-persoalan astrologis. Kitabnya yang berjudul Risalat fi Tahqiq Akdar al-Ittisalat berisi uraian mengenali penentuan secara tepat kuantitas dari penerapan-penerapan astrologis.

b.      Al-Biruni
Al-Biruni adalah saintis muslim terkemuka pada masa Abbasiyah. Selain ahli astronomi, ia juga ahli dalam bidang kedokteran, fisika, dan matematika. Ilmuwan bernama lengkap Abu ar-Rayhan Muhamamd bin Ahmad al-Biruni ini lahir di pinggiran kota Khawirizmi pada tahun 973 M. Ia telah berjasa dalam menentukan arah kiblat. Selama hidupnya ia telah menulis banyak buku, seperti Kitab at-Tafhim li Awa’il Sina’i at Tanjim (berisi astronomi, geometri, aritmatika dan astrologi). Karya lainnya adalah al-Qanun al-Ma’udi (ketentuan-ketentuan al-Mas’udi), Kitab al-Hind (buku tenang India), dan Maqalid ‘Ilm al-Hay’ah (kunci ilmu perbintangan). Pada tahun 1048 M ia meninggal di Ghazna.


c.       Al Khawarizmi
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Musa Al Khawarizmi. Ia hidup pada tahun 780-850 M/194- 266 H.Di samping ahli dibidang astronomi ia juga ahli di bidang matematika. Salah satu jasanya di bidang matematika  adalah menyusun buku tentang al jabar ( dalam bahasa Inggris disebut Al goritme ) yang berjudul Muktasar fi Hissab al jabiwa al muqaballah ( Ringkasan Perhitungan Al jabar dan Perbandingan ) yang disusun pada tahun 825 pada  masa pemerintahan Al Makmun. Ia dikenal sebagai Bapak Al Jabar dan di Barat / Eropa dikenal dengan nama Algoarisme / Algorisme.
Di samping itu ia juga berhasil menemukan angka “nol” ( 0 ) yang dalam bahasa Arab disebut “sifr” dalam bukunya Al jam’wa at Tafriq bi Hisab al Hind   ( Menambah  dan memecah dengan perhitungan India ). Pada mulanya angka 1 sampai 9  berasal dari Hindu (India), kemudian dikembangkan  oleh umat Islam (Arab), sehingga angka 1 sampai 9 dan  angka nol ( 0 ) disebut sebagai angka (bilangan) Arab, kemudian berkembang lagi menjadi angka (bilangan) Latin.

Tokoh-tokoh yang Berperan dalam Bidang Ilmu Agama Islam dan Karya-karyanya
  1. Tokoh-tokoh Ilmu Hadist, Perkembangan dan Karya Besarnya
  2. Tokoh-tokoh Ilmu Tafsir, Perkembangan  dan Karya Besarnya
  3. Tokoh-tokoh Ilmu Fiqh, Perkembangan  dan Karya Besarnya
  4. Tokoh-tokoh Ilmu Tasawuf, Perkembangan dan Karya Besarnya.

1.       Tokoh-tokoh Ilmu Hadist, Perkembangan dan Karya Besarnya
ž  BUKHARI, karyanya antara lain Sahih al-Bukhari, at-Tarikh as-Sagir, at-Tarikh, al-Ausat, Tafsir al-Musnad al-Kabir, Kitab al-illal, Kitab ad-Duafa, Asami as-Sahab, dan Kitab al-Kura.
ž  MUSLIM, karya terbesarnya adalah al-Jami’as-Shahih Muslim yang lebih dikenal dengan sebutan Shahih Muslim. Hadits-hadits yang dimuat dalam Shahih Muslim adalah hadits yang telah disepakati dan disaring dari 300.000 hadits yang diketahuinya
ž  ABU DAWUD, karyanya yaitu Sunan Abi Dawud. Para ulama memasukkan kitab tersebut ke dalam kutubus-sittahh atau enam hadits utama. Kitab hadits itu memuat 4.800 hadits dari sekitar 500.000 hadits yang dikumpulkannya. Kitab Sunan Abi Dawud merupakan yang paling popular diantara karangan-karangan Abu Dawud yang berjumlah 20 judul. Tidak kurang dari 13 judul kitab telah ditulis untuk mengulas karya tersebut dalam bentuk syarh (komentar), mukhtasar (ringkasan), dan tahzib (revisi).
ž  AT TIRMIDZI , diantara kelebihan Sunan at-Tirmidzi adalah pencantuman riwayat dari sahabat lain mengenai suatu masalah yang dibahas dalam hadits pokok, baik yang isinya semakna, berbeda, maupun bertentangan secara langsung atau tidak langsung. Hal itu membuat pembahasan suatu masalah dalam Sunan at-Tirmizi lebih mudah dipahami daripada dalam Sahih al-Bukhari atau Sahih at-Tirmizi lebih mudah dipahami daripada dalam Sahih al-Bukhari atau Sahih Muslim. Apabila kitab Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim hanya dapat dipahami oleh seorang ahli, Sunan at-Tirmizi dapat dipahami oleh siapa pun.
ž  AN-NASA’I menulis beberapa kitab, as-Sunan al-Kubra (Sunah-sunah yang Agung), as-Sunan al-Mujtaba’ (Sunah-Sunah Pilihan) yang terkenal dengan Sunan an Nasa’i, Kitab at-Tamyiz (Kitab Pembeda), Kitab ad-Duafa (Kitab tentang Orang-orang Kecil), Khasa’is Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib (Keistimewaan Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib), Musnad Ali (Hadits dari Ali), dan Musnad Malik (Kitab Hadits dari Malik), dan tafsir.
Kitab as-Sunan al-Mujtaba’ atau lebih dikenal Sunan An Nasa’i merupakan kitab yang terkenal dari Imam  an-Nasa’i pada saat ini. Kitab ini memuat 5.716 hadits dan termasuk dalam kutubussittah.

Usaha-usaha untuk memelihara hadits diantaranya sebagai berikut :
1.       Menghafal hadits-hadits
2.       Memperbaiki susunan kitab-kitab hadits
3.       Mengumpulkan hadits-hadits yang masih berserakkan ke dalam bagian-bagian yang lebih sistematis
4.       Membuat kitab syarah atau penjelasan terhadap kitab-kitab hadits terdahulu
    
Beberapa jenis kitab yang dihasilkan para ulama dalam periode ini adalah sebagai berikut :
1.        Kitab Mustakhrij
Yaitu kitab yang dihasilkan dengan metode istikhraj. Cara kerja metode ini adalah mengambil hadits dari seorang ulama hadits tertentu, lalu meriwayatkannya dengan sanad sendiri yang berbeda dari sanad ulama tersebut.
2.        Kitab Atraf
Yaitu kitab yang menyebut sebagian dari teks atau matan hadits saja, kemudian menjelaskan seluruh sanad dari matan itu.
3.        Kitab Mustadrak
Yaitu kitab yang menghimpun hadits-hadits yang memiliki syarah dari al-Bukhari dan Muslim atau  salah satu diantara keduanya.
4.        Kitab Jami’
Yaitu kitab yang menghimpun hadits-hadits yang telah termuat dalam kitab-kitab yang telah ada
2.       Tokoh-tokoh Ilmu Tafsir, Perkembangan  dan Karya Besarnya
ž  Abu Ja’far Muhammad bin Jarir at Thabari,
ž  Fakhruddin Ar Razi,
ž  Az Zamakhsyari

Abu Ja’far Muhammad bin Jarir at Thabari,
Karya terbesar at-Tabari di bidang tafsir adalah sebuah kitab yang berjudul Jami’al- Bayan fi Tafsir Al-Qur’an yang bisa disingkat at-Tafsir atau Tafsir Tabari. Dalam kitab itu, at-Tabari menyebutkan bahwa tafsir yang baik adalah tafsir yang juga menghargai pendapat para Sahabat dan Tabiin. Selain dalam ilmu Tafsir Ia juga menghasilkan beberapa karya lain, diantaranya Tarikh ar-Rasul wa al-Muluk (Sejarah para Rasul dan Raja-raja). Tarikh ar-Rijal (Sejarah Para Tokoh), dan Tahzib al-Asar (Sebuah buku dalam bidang hadits)

Fakhruddin Ar Razi,
Nama lengkap Abu Abdullah Muhamamd bin Umar bin Usain at-Taimi al-Bakhri. Ia juga dikenal dengan nama ar-Razi atau Imam Fatkhruddin. Ia lahir di Ray, Iran pada tahun 1149 M dan meninggal di Heart, Afganistan pada tahun 1209 M. Beberapa karyanya dalam ilmu kalam adalah al-Matalib al-Aliyah min al-llm al-Ilahi, Asas Taqdis dan al-Arba’in fi Usuluddin. Dalam bidang tasawwuf karyanya adalah hikmah al-Irsyad dan an-Nazar ila Lata’if al-Assas dan Kitab Syarh ‘Uyun al-Hikmah. Dalam bidang filsafat karyanya adalah Kitab Syarh Qism al-Ilahiyat min al-Isyarah li Ibn Sina dan Lubah al-Isyarah. Ia juga menuliskan buku dalam bidang sejarah, antara lain Kitab Manaqib al-Imam asy-Syafi’i dan Kitab Syarh Saqt al-Zind li al-Mu’ri. Salah satu bukunya dalam bidang usul fiqih adalah al-Mahsuf fi ‘Ilm Usul al-Fiqh.

Az Zamakhsyari
Az-Zamakhsyari memiliki nama lengkap Abu Kasim Mahmud bin Umar az-Zamakhsari. Ia lahir di Khawarizmi tahun 1075 M dan meninggal di Jurjaniyah tahun 1134 M. Karya tafsir az-Zamakhsyari yang sangat terkenal adalah al-Kasyaf an Haqaid at-Tanzil wa Uyun al-Aqawil (Penyingkap Tabir Hakikat Wahyu dan Mata Air Hikmah) yang selesai ditulis pada tahun 1134 M. Dalam kitab ini, az-Zamakhsyari menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan merunjuk pada balaghoh atau keindahan retorika untuk membuktikan sebagian aspek mukjizat Al-Qur’an. Kitab ini dikritik karena disisipi pandangan Muktazilah.

3.       Tokoh-tokoh Ilmu Fiqh, Perkembangan  dan Karya Besarnya
Imam Hanafi,
Imam Hanafi lahir di Kufah pada tahun 699 M/80 H dan meninggal di Baghdad pada tahun 776 M/157 H. Imam Hanafi memiliki banyak guru dari kalangan tabiin, seperti Ata’ bin bin Abi Rabah, Imam Nafi Maula bin Amr, dan Imam Hammad bin Abi Sulaiman. Selain mendalami ilmu fiqih, Imam Hanafi juga mendalami hadits dan tafsir. Kedua ilmu itu sangat erat kaitannya denga ilmu fiqih. Dalam menetapkan sebuah hukum, Imam Hanafi menggunakan beberapa dasar, yaitu Al-Qur’an, sunah Rasulullah SAW, fatwa dari sahabat, kias, istihsan, ijmak, dan urf. Pemikirannya dalam fiqh sebagian besar diikuti oleh umat Islam di Turki, Mesir, Turkistan, Afganistan, India dan Pakistan.

Imam Malik,
Imam Malik merupakan keturunan Yaman yang lahir di Madinah pada tahun 715 M/93 H dan meninggal di kota yang sama pada tahun 795 M/179 H. Nama lengkapnya adalah Abdullah Malik bin Abi Amir bin Haris bin Gaiman bin Kutail bin Amr bin Haris al-Asbani. Kitab termasyhur yang ditulis oleh Imam Malik adalah al-Muwatta’. Inilah kitab hukum Islam tertua yang sampai pada kita. Kitab itu ditulis atas permintaan Khalifah al-Mansur dan selesai penulisannya pada masa Khalifah al-Mahdi. Kitab itu merupakan kitab hadits sekaligus kitab fiqih karena berisi hadits-hadits yang berkaitan dengan bidang-bidang fiqih

Imam Syafi’I
Imam Syafi’i lahir di Gaza, Palestina pada tahun 767 M/150 H dan meninggal di Fustat, Kairo pada tahun 820 M/204 H. Beberapa karya tulisnya adalah ar-Risalah (membahas tentang usul fiqih), al-Umm (membahas kitab fiqih yang menyeluruh), al-Musnad (berisi hadits-hadits nabi), dan ikhtilaf al-Hadits (hadits mengenai perbedaan-perbedaan dalam hadits).

Imam Hambali
Imam Hambali lahir di Baghdad pada tahun 708 M/164 H dan meninggal di tempat yang sama pada tahun 855 M/241 H. Nama lengkapnya Ahmad bin Muhammad bin Hambal.Ia hidup pada masa khalifah al Makmun sampai masa al Mutawakkil. Karya besar dalam ilmu hadits yaitu Kitab al-Musnad yang menghimpun 40.000 hadits yang disusun berdasarkan tertib nama sahabat yang meriwayatkannya, kebanyakan hadits dalam kitab al-Musnad berderajat sahih dan hanya sedikit sekali yang berderajat dhaif.
Beberapa karya tulisnya yang lain adalah Kitab as Salah, Ar Roddu ‘ala az Zindiq (sebuah risalah tentang sanggahannya terhadap ajaran Muktazilah), Kitab At Tarikh (Kitab Sejarah), Tafsir Al-Qur’an, Kitab an-Nasikh wal Munsukh, Kitab al-Muqaddam wa al-Muakhkhar, Kitab al-Manasikh al-Kahir, Kitab al-Illahh, Kitab al-Wara, dan Kitab Ta’at ar-Rasul

4.       Tokoh-tokoh Ilmu Tasawuf, Perkembangan dan Karya Besarnya.
Diantara tokoh tasawuf Suni adalah :
1.      Al-Haris bin Asad al-Muhasibi yang wafat tahun 838 M di Baghdad. Ia meninggalkan beberapa karya antara lain ar-Ri’ayat li Huquqillah (menjaga hak-hak Alloh, mengajarkan kita disiplin diri atau muhasabah), Kitab Al Wasaya (mengurai perilaku hidup zuhud), Fasl fi mahabbah (mengungkap kecintaannya kepada Tuhan).
2.      Junaid al Baghdadi, menurut pendapatnya  memperdalam pengenalan kepada Alloh harus bersamaan dengan pengingkatan amal dan disiplin diri.
3.      Abu Nasr as Sarraj at Tusi yang  menulis Kitab al Luma’

Adapun tasawuf yang bersifat filsafat adalah tasawuf yang sudah tercampur dengan metafisika. Tasawuf model ini juga disebut tasawuf filsafat. Diantara tokohnya adalah :
1.       Zunnun al-Misri yang wafat tahun 899 M di Iskandariah. Selain ahli tasawuf ia juga dikenal ahli kimia dan ahli tulisan Mesir kuno ( hieroglif ). Ia sering disebut sebagai bapak teori ma’rifat.
2.       Abu Yazid al-Bustami yang wafat tahun 875 M di Bistam.
3.       Husain bin Mansur al Hallaj yang terkenal dengan teorinya  hulul dan al Haqiqat  al Muhammadiyah.

Identifikasi Kebudayaan / Beradaban Pada Masa Bani Abbasiyah
Dengan ringkas pengidentifikasian terangkum sebagai berikut :
  1. Bani Abbasiyah cukup cerdas dari pengalaman, bahwa sebuah negara menjadi kuat dikarenakan militernya kuat, rakyat menjadi kuat karena mendapatkan pengayoman, ketenangan , ketentraman dari militer yang memang untuk membela rakyat.
  2. Militer yang dibangun abbasiyah, bukan militerisme tetapi militer yang membesarkan rakyat dan dibesarkan rakyat untuk tujuan daulat rakyat.
  3. Penguatan di bidang militer akan menciptakan stabilitas politik yang dikembangkan dan berdampak positif pada kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan, ekonomi,sosial dan kebudayaan.
  4. Kemajuan Abbasiyah merupakan buah dari setrategi politik yang dikembangkan dengan pendekatan kepentingan bersama. Bani abbasiyah dapat mengendalikan dari berbagai kepentingan untuk satu tujuan yaitu kemulyaan Islam, kesejahteraan dan keadilan masyarakat secara menyeluruh.
  1. Penataan internal mulai dari khalifah secara pribadi, para menteri, para pejabat negara, wazir, gubenur sampai dengan pimpinan ditingkat paling bawah.Kekhalifahan ini didirikan dengan tekat satu, yaitu bersatu untuk memakmurkan dunia Islam dan meninggikan kalimat Allah di muka bumi.
  2. Sistem politik dengan mengedepankan demokrasi atau musyawarah dengan seluruh jajaran kekhalifahan bersama rakyat dan membuahkan keputusan yang memuaskan di semua fihak.
  3. Kedisiplinan, ketertiban dengan dasar kejujuran dan pengabdian yang dilaksan akan oleh semua fihak, dengan tetap menjaga kehormatan pribadi dan keteladanan umum, menjadikan kekhalifahan sangatlah berwibawa dimata lawan dan kawan.
  4. Sealain itu hal yang prinsipil dan organ, yaitu berkat rahmat Alla SWT. Yang diberikan dinasti abbasiyah, sehingga mengalami kejayaan sampai 500 tahun. Ini semua merupakan kemurahan dan karunia Allah SWT.

ž Tokoh  Ilmuwan Muslim Masa Bani Abbasiyah
1.         Ilmu Hadis : Bukhari, Muslim, Abu Dawud,  At Tirmidzi , An Nasa’I dan Ibnu Majah
2.         Tafsir : Abu Ja’far Muhammad bin Jarir at Thabari, Fakhruddin Ar Razi, Az Zamakhsyari
3.         Ilmu Fiqih : Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi’I dan Imam hambali
4.         Ilmu Tasawuf : Kharis bin Asad al Muhasibi, Abu Nashr as Sarraj at Tusi, Abu Thalib al Maki, Abu Bakar al Kalabasi, Dzunun al Misri, Abu Yazid al bistami

ž Ilmuwan Muslim Masa Bani Abbasiyah
1.       Ilmu Filsafat : Al Kindi, Ar Razi, Al Farabi, Ibnu Sinna, Ibnu Maskawaih dan Al Ghozali
2.       Ilmu Astronomi : Abu Mansur Al Fallaki, Jabir Batani, Abu Hasan dan Raihan al Biruni
3.       Ilmu Kedokteran : Ibnu Sina, Ibnu Rusydi, al Kindi, Jabir bin Hayyan, Ibnu Sahal, Abu Bakar ar Razi dan Ali bin Abbass
4.       Ilmu Matematika : Al Kindi, Al Khawarizmi, Al Fazari dan Al Farghani.

ž Prestasi Bani Abbasiyah :
·         Bani Abbasiyah cukup cerdas dari pengalaman, bahwa sebuah negara menjadi kuat dikarenakan militernya kuat, rakyat menjadi kuat karena mendapatkan pengayoman, ketenangan , ketentraman dari militer yang memang untuk membela rakyat.
·         Militer yang dibangun abbasiyah, bukan militerisme tetapi militer yang membesarkan rakyat dan dibesarkan rakyat untuk tujuan daulat rakyat.
·         Penguatan di bidang militer akan menciptakan stabilitas politik yang dikembangkan dan berdampak positif pada kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan, ekonomi,sosial dan kebudayaan.
·         Kemajuan Abbasiyah merupakan buah dari setrategi politik yang dikembangkan dengan pendekatan kepentingan bersama. Bani abbasiyah dapat mengendalikan dari berbagai kepentingan untuk satu tujuan yaitu kemulyaan Islam, kesejahteraan dan keadilan masyarakat secara menyeluruh.
·         Penataan internal mulai dari khalifah secara pribadi, para menteri, para pejabat negara, wazir, gubenur sampai dengan pimpinan ditingkat paling bawah.Kekhalifahan ini didirikan dengan tekat satu, yaitu bersatu untuk memakmurkan dunia Islam dan meninggikan kalimat Allah di muka bumi.
·         Sistem politik dengan mengedepankan demokrasi atau musyawarah dengan seluruh jajaran kekhalifahan bersama rakyat dan membuahkan keputusan yang memuaskan di semua fihak.
·         Kedisiplinan, ketertiban dengan dasar kejujuran dan pengabdian yang dilaksan akan oleh semua fihak, dengan tetap menjaga kehormatan pribadi dan keteladanan umum, menjadikan kekhalifahan sangatlah berwibawa dimata lawan dan kawan.
·         Sealain itu hal yang prinsipil dan organ, yaitu berkat rahmat Alla SWT. Yang diberikan dinasti abbasiyah, sehingga mengalami kejayaan sampai 500 tahun. Ini semua merupakan kemurahan dan karunia Allah SWT.